Jumat 18 Nov 2016 17:15 WIB

Pembelaan Ahok Pascamenuding Aksi 411 Bayaran Rp 500 Ribu

Rep: Dian Fath Risalah / Red: Angga Indrawan
Massa dari berbagai organisasi melakukan longmarch saat melakukan aksi damai 4 November di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Jumat (4\11).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Massa dari berbagai organisasi melakukan longmarch saat melakukan aksi damai 4 November di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Jumat (4\11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tersangka kasus penistaan agama, Basuki Tjahja Purnama (Ahok), enggan berkomentar banyak terkait wawancara eksklusif dengan ABC 7.30. Kepada media asing tersebut, Ahok menuduh pengkritiknya korupsi dan mengatakan aksi damai 4/11 merupakan Muslim garis keras, bermuatan politik, dan merupakan aksi bayaran.

Dalam berita ABC 7.30, mantan bupati Belitung Timur itu juga menuduh massa menerima uang Rp 500 ribu untuk ikut demo. Namun, Ahok tidak menjelaskan, siapa yang mendanai aksi demonstrasi terbesar yang pernah terjadi di negeri ini.

Namun, saat dimintai konfirmasi terkait pernyataannya, pejawat itu merasa pernyataannya di ABC 7.30 telah dipelintir. "Saya gak bilang menuduh kok. Saya kan bilang, sampaikan supaya kamu baca saja berita-berita yang ada, kan medsos-medsos (media sosial) ada, saya gak bilang kok. Lagian, saya ngomong apa saja juga dipelintir," ujar Ahok saat blusukan di Pademangan, Jakarta Utara, Jumat (18/11).

Sebelumnya, Juru bicara FPI, Munarman, tidak terima dengan tudingan Ahok yang tidak memiliki dasar yang kuat. Munarman yang juga bagian dari GNPF MUI ini menyatakan tidak ada yang mensponsori aksi tersebut. Bahkan, ia mengatakan rekening GNPF MUI terbuka bagi publik.

Munarman pun menyebutkan print out lembaran rekening GNPF mencapai tujuh ribu lembar. "Itu karena banyaknya masyarakat yang menyumbang," kata Munarman dalam konferensi pers GNPF MUI di Jakarta, Jumat (18/11).

Munarman mengatakan, pernyataan Ahok membuat kehebohan nasional bahkan internasional. "Perbuatan Ahok sangat berpotensi memecah belah bangsa," kata Munarman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement