Jumat 18 Nov 2016 12:57 WIB

Bupati Banyuwangi Ingin Tiru Kesuksesan K-Pop Korea

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Foto: Prayogi/Republika
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas ingin meniru langkah Pemerintah Korea Selatan yang sukses mengglobalkan budaya mereka yang kini terkenal dengan sebutan K-Pop, hingga digemari masyarakat dunia.

"K-Pop sungguh luar biasa. Bagaimana mereka melakukan pemasaran budaya dan gaya hidup, mulai dari drama, kuliner, sampai musik dan joget seperti Gangnam Style begitu heboh di mana-mana," kata Anas di sela mendampingi kunjungan Dubes Korea untuk Indonesia Cho Taiyoung di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (18/11).

Dubes Korea Selatan untuk Indonesia berkunjung ke Banyuwangi sejak Kamis (17/11). Dubes Cho mengunjungi sejumlah tempat, mulai dari melihat pelayanan publik, Desa Adat Kemiren hingga Pantai Solong.

Kehadiran Dubes Cho tak disia-siakan Bupati Abdullah Azwar Anas untuk menggali rahasia kesuksesan Korea Selatan dalam mengglobalkan budaya lokalnya. Arus besar budaya Korea yang kerap disebut K-Pop ke berbagai negara di dunia dinilai Anas sangat menginspirasi.

"Saya sempat tanyakan ke Dubes Cho. Ternyata ini memang dibangun bukan dalam setahun atau dua tahun. Ini proses panjang, di mana Korea paham bahwa kreativitas sangat kuat dalam menggerakkan perekonomian mereka," kata Anas saat menikmati kopi bersama Dubes Cho di Desa Adat Kemiren. Anas juga mencermati bagaimana Korea memusatkan ekonominya pada kreativitas yang tecermin bukan hanya pada sektor industri kreatifnya, tapi juga teknologinya.

Penetrasi produk teknologi dari Korea, katanya, mencerminkan hal tersebut, seperti merek LG, Samsung dan Hyundai. "Makanya 'nation branding' mereka adalah Creative Korea. Kuat sekali, karena memang pusat kreativitas ada di sana," ujarnya. Korea, ujar Anas, termasuk raksasa ekonomi dunia. Nilai perekonomiannya mencapai 1,3 triliun dolar AS, tahun lalu menempati posisi 11 dunia.

"Padahal, dulu tahun 1945, mereka termasuk negara termiskin. Saya baca laporan lonjakan pendapatan per kapita dari awal-awal mereka merdeka pada 1945 sampai saat ini adalah lonjakan terbesar yang pernah dicapai suatu negara di dunia ini. Kita harus belajar kepada mereka," ujar Anas menjelaskan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement