Kamis 17 Nov 2016 21:05 WIB

Sejumlah Desa Wisata di Sleman Mati Suri

Desa Wisata. Ilustrasi
Foto: Yukpiknik
Desa Wisata. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menginventarisir ada beberapa desa wisata di wilayah setempat yang saat ini kondisinya mati suri.

"Pada 2016 ini tercatat ada 39 desa wisata. Dari jumlah itu, beberapa desa wisata tercatat mati suri tanpa aktivitas apapun," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Sleman Endah Sriwidiastuti, Kamis (17/11).

Menurut dia, desa wisata yang mati suri tersebut yakni Desa Wisata Rejosari di Kecamatan Cangkringan, Desa Wisata Pajangan di Kecamatan Sleman, Trumpon di Tempel, Bangunkerto dan Kembangarum di Turi, Kaliurang Timur di Pakem), Mangunan di Berbah), serta Jantungan Sendari di Mlati. "Desa-desa wisata tersebut dahulu cukup aktif dan mampu mejadi daya tarik bagi wisatawan. Namun, sekatang malah cenderung menurun aktivitasnya dan bahkan mati suri. Bahkan ada yang telah membubarkan diri," katanya.

Ia mengatakan, penyebab matinya perkembangan desa wisata tersebut sangat beragam, di antaranya permasalahan internal pengurus maupun ketidakmampuan pembuatan program dan atraksi yang menarik. "Kondisi ini sangat disayangkan mengingat beberapa desa justru berpotensi menjadi desa wisata unggulan. Misalnya, Trumpon yang dulunya terkenal dengan agrowisata perkebunan salak pondoh," katanya.

Endah mengatakan, keberadaan desa wisata memang sangat tergantung pada keaktifan pengelola, terutama dalam menggali potensi ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat setempat untuk dikemas menjadi atraksi wisata yang menarik.

"Kami mengevaluasi terhadap desa wisata yang saat ini masih ada melalui beberapa indikator. Yakni, potensi atraksi, kapasitas manajerial pengelola, peran serta masyarakat, sarana dan prasana, pemasaran dan promosi, aksesibilitas, serta kepemilikan aset," katanya.

Ia mengatakan, hasil evaluasi dijadikan dasar pengklasifikasian desa wisata dalam tiga bentuk yakni desa wisata tumbuh, berkembang, dan mandiri. Dari 39 desa wisata, 14 desa di antaranya terklasifikasi tumbuh, delapan desa klasifikasi berkembang, dan sembilan desa klasifikasi mandiri.

"Desa wisata yang mati suri, kami akan konfirmasikan lagi kepada masyarakat setempat jika ada minat untuk membangkitkannya lagi. Kalau masih ada potensi dan kemauan masyarakat, kami bina lagi. Karena, dasar utama desa wisata adalah peran aktif masyarakatnya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement