Selasa 15 Nov 2016 16:23 WIB

Kota Bandung Rawan Banjir Walau Curah Hujan Rendah

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Israr Itah
Pedagang melewati banjir di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Jumat (28/10).
Foto: Antara/Fahrul Jayadiputra
Pedagang melewati banjir di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Jumat (28/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Masyarakat Kota Bandung diminta terus bersiaga terhadap banjir hingga akhir tahun ini. Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Yudha Mediawan, Kota Bandung rentan terjadi banjir walau curah hujan hanya 50 mili meter per detik dengan durasi selama dua jam saja.

"Ya, Bandung rentan. Karena lingkungan rusak, daerah resapan berkurang, dan ada tutupan lahan," ujar Yudha dalam Seminar Solusi Penanggulangan Banjir Citarum di Hotel Grand Royal Panghegar, Jalan Merdeka, Kota Bandung, Selasa (15/11). 

Yudha mengatakan, dari tata guna lahan, dapat dilihat daerah Geger Kalong banyak perumahan. Juga daerah Setrasari dan sekitarnya. Padahal, sejak lima tahun lalu, saat hujan deras, run off atau air limpasan dari daerah Sukajadi cukup banyak. 

"Air limpasan tak ada yang tertahan pohon, jadi masuk ke Citepus dan akhirnya meluap jadi banjir," katanya.

Untuk mengurangi banjir, kata dia, air limpasannya harus dikurangi dengan membuat tampungan air di setiap rumah. Nantinya, kalau air tampungan kelebihan bisa masuk ke sumur resapan. Kalau tak tertampung di sumur resapan, bisa masuk ke sungai. Kalau semua rumah membuat kolam tampungan air, maka jika dihubungkan akan seperti kolam retensi dan bisa menahan air.

"Seharusnya, Pemkot Bandung mewajibkan tampungan air hujan ini. Bisa dibuat dalam bentuk tembok. Ini harus jadi syarat pembuatan IMB (izin mendirikan bangunan)," katanya. 

Selain itu, kata dia, dari sisi struktural drainase di Kota Bandung harus diperbaiki dan diperbesar. Kalau drainase dan sungai tak diperbaiki, maka saat hujan pasti akan terjadi banjir.

Khusus banjir di Pagarsih, kata dia, Sungai Citepus meluap mengakibatkan banjir bandang karena kemiringan tinggi dan curam. Flash floods atau banjir bandang ini berbahaya, karena memiliki energi yang tinggi bisa menyapu apa yang dilewatinya. Walaupun, durasinya hanya sejam atau dua jam lalu hilang.

"Ini juga, harus diwaspadai karena biasanya terjadi juga kalau ada hujan ekstrem," katanya. 

Saat ini pun, kata dia, terjadi peningkatan intensitas hujan sekitar 0,3 persen pertahun. Ini, akan berpengaruh ke penanganan banjir karena ada peningkatan hujan jadi harus menjadi masukan untuk parameter analisa hidrologi. Yakni,  ilmu dasar untuk tata kelola air dan banjir.

"Kapasitas, yang akan di desain harus menambahkan, 0,3 persen pada desain harus ada penambahan memang tak besar," katanya.

BBWS, kata dia, akan membangun kolam retensi di Gede bage dengan anggaran Rp 100 miliar dan kolam retensi Cienteung anggarannya Rp 230 miliar. 

Luas kolam Cienteung, kata dia, 6,7 hektare dengan kedalaman tiga meter. Namun, saat ini pembebasan lahan masih belum selesai. Anggaran yang dibutuhkan untuk pembebasan lahan, Rp 125 miliar. Untuk kolam retensi Gedebage, luasnya 15 hektare dengan kedalaman 3 meter dan kapasitas 450 ribu meter kubik. Lahannya, dibebaskan oleh Pemprov Jabar, sekarang sudah terbebaskan  4,5 hektare. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement