Senin 14 Nov 2016 15:38 WIB

Warga Tolak Kampanye Ahok, Sosiolog: Mulutmu Harimaumu

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bayu Hermawan
Salah satu spanduk penolakan kedatangan Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama di Rawa Bunga, Jakarta Timur.
Foto: Twitter
Salah satu spanduk penolakan kedatangan Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama di Rawa Bunga, Jakarta Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penolakan warga di sejumlah daerah terhadap kampanye calon gubernur (Cagub) DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dinilai tak lepas dari sikap dan gaya kepemimpinannya. Selama ini, Ahok beberapa kali melakukan tindakan yang memunculkan amarah warga.

"Misalnya saat menggusur pemukiman warga, yang dinilai tidak ada rasa kemanusiaan, tidak ada pembiraan, tidak ada ganti rugi. Belum lagi perkataan-perkataan beliau yang memang menyakiti warga sehingga marah luar biasa," ujar sosiolog Musni Umar kepada Republika.co.id, Senin (14/11).

Pernyataan Ahok terkait Al Maidah ayat 51 juga berkontribusi atas kemarahan warga. Namun, kata dia, intinya penolakan terhadap Ahok adalah akumulasi kemarahan warga. Selanjutnya, kata Musni, akumulasi  tersebut dituangkan dan diucapkan saat masa pemilihan kepala daerah (Pilkada) seperti sekarang.

Dia sendiri sudah menduga seluruh kemarahan warga akan bermuara pada Pilkada. Musni hanya menduga bahwa warga DKI tidak akan memilih Ahok. Namun ternyata bukan hanya itu, warga pun beramai-ramai memasang spanduk bahkan ada yang mengejar Ahok saat kampanye.

Menurutnya fenomena ini menjadi pelajaran penting bagi kepala daerah yang telah mendapat kepercayaan publik untuk menjaga ucapan. "Mulutmu harimaumu. Kalau berkata yang baik, maka orang akan luluh dan mau mengikuti kita. Sebaliknya, kalau menyakiti ya masyarakat akan membalasnya," katanya.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement