REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) meminta pada kepala sekolah mulai membangun jaringan untuk mendukung program penguatan pendidikan karakter (PPK) atau full day school (FDS). Jaringan tersebut dapat dimulai dari mengelola partisipasi guru, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
"Sehingga, kolaborasi partisipasi tersebut dapat memperkuat pendidikan karakter bagi peserta didik," kata Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (SAM) Bidang Pembangunan Karakter, Arie Budhiman dalam diskusi 'Sosialisasi Penguatan Pendidikan Karakter' di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (7/11) lalu.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, ia mengatakan, sumber belajar untuk siswa beragam. Masing-masing, yakni, dukungan masyarakat, orang tua, pegiat seni, komite sekolah, serta lembaga pemerintah. "Untuk itu, kepala sekolah harus mampu memanfaatkan sebaik-baiknya semua sumber belajar tersebut," ujar Arie.
Ia menyebut, kepala sekolah dapat membangun jejaring secara holistik dan terintegrasi. Tujuannya, peserta didik dapat maksimal mendapat pendidikan karakter di dalam dan luar kelas.
Arie merinci, terdapat lima nilai yang menjadi referensi utama dari 'Sosialisasi Penguatan Pendidikan Karakter', yakni, religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. "Nantinya, lima nilai utama ini akan diturunkan ke dalam nilai-nilai pendidikan karakter yang diperlukan siswa di setiap sekolah," tutur dia.
Dijelaskan Arie, kelima nilai tersebut merupakan kristalisasi dari karakter yang mengakar dari bangsa Indonesia. Ia menjabarkan, pada nilai religius, pelajar harus melihat Indonesia sebagai negara berketuhanan Yang Maha Esa. Nilai ini, ia melanjutkan, akan diturunkan menjadi saling menghargai, toleransi antarumat beragama, berakhlak dan moral yang tinggi.
Kedua, Arie menuturkan, nilai nasionalisme mengacu pada corak keberagaman Indonesia. Nilai ini akan mengajarkan bagaimana pelajar harus bangga dan cinta dengan bangsanya, siap membela negara, mencintai, serta memahami keberagaman yang ada dalam bingkai kesatuan.
Ketiga, nilai kemandirian yang mengacu pada kesadaran pentingnya menjadi mandiri untuk generasi penerus bangsa. Maksudnya, bagaimana menjadi tangguh, dan memiliki daya juang tinggi.
Keempat, nilai gotong royong yang mengaju kepada saling tolong menolong sebagai bangsa Indonesia. Kelima, yakni, nilai integritas yang menitikberatkan kepada kejujuran.