Kamis 27 Oct 2016 15:45 WIB

Geliat Pengrajin Keris di Pasar Cenderamata Solo

Rep: Adrian Saputra/ Red: Andi Nur Aminah
Keris.
Foto: Herka Yanis/Antara
Keris.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kerajinan keris menjadi salah satu ciri khas Kota Solo. Di kota berjuluk Spirit of Java ini, beragam jenis dan ukuran keris dapat ditemukan di pasar cinderamata alun-alun utara Keraton Kasunanan Surakarta.

Bukan saja sebagai pasar cinderamata, khususnya keris. Pengunjung yang datang pun dapat melihat-lihat pembuatan keris dan aksesoris lainnya.  

Seperti Riyono (35 tahun), dia adalah salah satu pengrajin di pasar cinderama alun-alun utara Keraton Kasunanan Surakarta. Namun dia bukanlah pembuat keris atau empu. Melainkan seorang pengrajin sarung keris. Setiap hari, dia membuka jasa pembuatan sarung keris atau gandar serta komponen keris lainnya seperti wrangka (leher keris) dan patra (gagang keris).

“Saya buka dari pagi sampai sore, melayani yang minta dibuatkan sarung dan sebagainya. Yang pesan biasanya toko-toko atau penjual keris, tapi ada juga masyarakat yang ingin ganti sarung keris dan meminta bantuan saya,” tuturnya saat ditemui Republika.co.id di pasar cinderamata Solo pada Kamis (27/10) siang.

Ia dapat melayani pesanan pembuatan sarung keris sebanyak 15 buah setiap harinya. Tiap sarung keris di jual dengan harga yang bervariasi, disesuaikan dengan bahan baku kayu yang digunakan serta motif yang diinginkan pemesan.

Misalnya saja untuk sarung keris dari bahan kayu jati dan kayu cono yang dibandrol dengan harga Rp 250 ribu per buah. Sedang untuk kayu cendana dibandrol dari Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu per buah.  “Kalau bahan bakunya dari saya harganya memang mahal, karena sekarang cukup sulit dapat bahannya. Tapi kalau sudah ada bahan bakunya, tinggal jasa pembuatannya saja (Rp) 20 ribu tiap kerisnya,” tuturnya.

Menurutnya keunikan keris Solo terletak pada sarung keris. Selain karena ukirannya, sarung keris buatan para pengrajin asal Solo juga sering dilengkapi pendo atau lapisan sarung dari bahan tembaga dan kuningan dengan motif ukiran batik. Ciri khas lainnya terdapat pada wrangka, dimana salah satu bentuknya berukuran lebih panjang dan besar dibandingkan dengan keris dari daerah lainnya.

Sementara itu Budi Prasetyo (37 tahun) merupakan pengrajin dan pedagang keris. Jika keris buatannya telah selesai dibentuk, ia tinggal memesan sarung keris dari Riyono. Setelah itu memasang pendoan yang sesuai.

Ia mengatakan harga jual keris dengan menggunakan pendoan jenis perak misalnya, dapat dijual dengan harga Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta. “Kalau komponennya sudah terpasang semua baru bisa di pajang di toko buat dijual dan itu harganya lebih mahal dibanding dijual terpisah,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement