REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Desa Banyusumurup, Girirejo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta sejak dahulu terkenal sebagai Kampung Keris. Desa Banyusumurup yang dikenal sebagai tempat tinggal para pengrajin keris juga merupakan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Majapahit.
Para pengrajin keris di Desa Banyusumurup telah menggeluti kerajinan keris sejak tiga abad silam. Hingga kini, keris-keris dari Desa ini sudah dipercaya dan terkenal hingga mancanegara.
Salah satunya Marjono, lelaki asli Desa Banyusumurup ini sudah menjadi pengrajin keris sejak tahun 1994. Keterampilan dan kepiawan dirinya membuat keris diperoleh dari leluhur dan orang tuanya, selain itu dirinya pun belajar mengembangkan keris-keris hasil tangannya dari tetangga tetangganya sesama pengrajin keris.
Berawal dari ingin melestarikan budaya serta melanjutkan leluhur yang merupakan pengrajin keris, sejak lulus SMA pada tahun 1994 dirinya langsung terjun menjadi pengrajin keris. Dorongan jiwa entrepreneur’nya membuat Marjono serius mengembangkan untuk menjadi bisnis yang menguntungkan.
Dalam melanjutkan usahanya, Marjono menemui beberapa kendala salah satunya permodalan. Awalnya Marjono menggunakan dana pribadi sebagai modal memulai usaha kerajinan kerisnya namun tingginya demand atas keris, Marjono menggunakan fasilitas kredit pinjaman perbankan.
"Dari tahun 1994 hingga 2013-an saya masih menggunakan modal seadanya guna terus mengembangkan usaha keris ini, tapi ditahun 2014an untuk meningkatkan dan lebih membesarkan usaha keris ini saya masuk ke program Kredit Usaha Rakyat dari salah satu Bank milik Negara," ujarnya, akhir pekan kemarin.
Marjono bercerita, di awal mula dirinya mengajukan KUR di tahun 2014 dirinya 'hanya' mendapatkan tambahan modal usaha sebesar Rp.10 juta dan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya hingga di tahun 2022 ini dirinya mendapatkan permodalan dari KUR sebesar Rp. 50 juta.
Kepiawaian dirinya menjadi pengrajin keris sudah terkenal hingga dirinya berhasil mengekspor keris-keris miliknya hingga ke Malaysia dan Thailand. Akan tetapi sejak corona masuk ke Indonesia, penghasilan dirinya pun turun drastis hingga tidak lagi mengekspor keris miliknya.
"Sebelum adanya pandemi saya rutin tiap bulannya mengekspor keris, selain itu juga orderan dari hampir seluruh Indonesia juga saya mendapatkan orderan seperti halnya untuk souvenir, baju adat pernikahan hingga pesanan dari pecinta dan kolektor keris," kata dia.
Harga keris yang dijual oleh Marjono bervariasi mulai dari kelas untuk souvenir diharga Rp.50.000 hingga Rp.100.000, untuk upacara adat manten diharga Rp.150.000 hingga Rp.500.000 sedangkan untuk pesanan khusus atau ageman diharga Rp.5juta hingga Rp.50juta bahkan bisa lebih sesuai dengan permintaan keris itu sendiri.
"Harga bervariasi tergantung tingkat kesulitan dan bahan yang dipakai, contohnya keris yang harganya puluhan juta ini, ini ada ornamen yang dibuat dari emas 24 karat dan salur yang ada di kerisnya juga dikerjakan dengan tangan manual dan bisa selesai hingga satu bahkan tiga bulan," kata dia.
Seperti dilansir dari Antara, Desa Banyusumurup, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan salah satu desa pewaris kerajinan keris pusaka dari Kerajaan Majapahit. Desa itu berjarak sekitar 40 menit dari pusat Kota Yogyakarta, terletak di sebelah tenggara makam Raja-raja Mataram di Imogiri.
Memasuki gapura selamat datang di Desa Banyusumurup ini, wisatawan akan langsung disuguhi suasana klasik perdesaan, didukung dengan bangunan rumah adat khas suku Jawa yang dihiasi berbagai kerajinan dan barang antik. Citra Banyusumurup sebagai daerah penghasil keris sudah dikenal sejak tiga abad silam.
Pendampingan UMKM
Selain kemudahan akses permodalan, peran serta beberapa pihak sangat dibutuhkan dalam pengembangan usaha UMKM. Melalui program Penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR), PT Askrindo mendukung UMKM salah satunya para pengrajin keris di Desa Banyusurup, Yogyakarta ini, untuk terus memajukan usaha lewat pelestarian budaya jawa. Askrindo membantu UMKM pengrajin keris dalam mendapatkan kemudahan fasilitas kredit dari perbankan.
Sekretaris Perusahaan Askrindo Denny S Adji menjelaskan, peran Askrindo selain membantu akses permodalan UMKM, juga mendampingi UMKM untuk tumbuh dalam memperbesar kapasitas produksi UMKM tersebut. Dorongan ini merupakan bagian dari Pemulihan Ekonomi Nasional yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2020 sejak awal pandemi.
"Para pengrajin keris ini harus terus di perhatikan dan di lestarikan karena keris ini merupakan warisan budaya di Indonesia yang sudah ada sejak zaman kerajaan dahulu. Lewat pendampingan UMKM, kami coba mendorong UMKM didaerah untuk dapat memanfaatkan masa pemulihan ekonomi ini untuk pengembangan usahanya,” ujar Denny.