Senin 03 Oct 2016 08:20 WIB

'Warga Lebih Tertarik Program Kanjeng Dimas daripada Pemerintah'

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Esthi Maharani
Taat Pribadi
Foto: Dok Polri
Taat Pribadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Kanjeng Dimas Taat Pribadi cukup menyedot perhatian publik. Bagaimana tidak, Kanjeng Dimas disebut-sebut mampu menggandakan uang.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Sodik Mudjahid mengatakan kasus Kanjeng Dimas maupun kasus serupa lainnya selalu membawa daya tarik ekonomi bagi masyarakat miskin yang hidup dalam tekanan ekonomi. Untuk itu pemerintah perlu menarik pelajaran dari kasus tersebut yakni berupa evaluasi program pengentasan kemiskinan.

"Mereka lebih tertarik program-program ini (milik Kanjeng Dimas) daripada aneka program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh Kemensos, Kemen KUKM dan lain-lain," kata Sodik, semalam.

Selain evaluasi program pengentasan kemiskinan, perlu juga ada evaluasi dan pemantapan program pendidikan khuususnya pendidikan msyarakat (Penmas). Menurut Sodik, pendidikan masyarakat, terutama masyarakat  kelas bawah jangan hanya sebatas paket kejar A dan B yang memberi pelajaran baca tulis.

Namun yang lebih penting adalah kecerdasan logika dan kecerdasan emosi untuk  memahami berbagai fenomena yang sehat dan mencegah fenomena 'aneh' sehingga mereka terbebas dari penipuan berciri agama dan mistis.

"Pendidikan harus membangun jiwa secara utuh karena dalam berbagai kasus termasuk dalam kasus Kangjeng Dimas melibatkan beberapa kaum intelek," kata politikus dari Partai Gerindra tersebut.

Dia mengatakan program pembinaan agama, pembinaan pendidikan masyarakat, dan program pengentasan kemiskinan harus dilakukan sungguh-sungguh dan terpadu. Jika tidak, maka artinya selama 71 tahun Indonesia merdeka, pemerintah belum mampu melaksanakan amanat UU NKRI 1945, khususnya dalam meningkatkan kecerdasan bangsa dan kesejehteraan umum.

"Artinya kita masih membiarkan masyarakat tetap dalam kondisi keterbelakangan yang selalu menjadi sasaran empuk berbagai penipuan berciri agama, mistis dan iming-iming uang," ujar Sodik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement