Rabu 28 Sep 2016 12:56 WIB

Warga Bukit Duri Menolak Tinggal di Rawa Bebek

Rep: Lintar Satria/ Red: Indira Rezkisari
Warga menyaksikan alat berat yang menghancurkan sebuah rumah saat penggusuran di pemukiman proyek normalisasi Sungai Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta, Rabu (28/9).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Warga menyaksikan alat berat yang menghancurkan sebuah rumah saat penggusuran di pemukiman proyek normalisasi Sungai Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta, Rabu (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak warga Bukit Duri, Jakarta Selatan, yang menolak dipindahkan ke Rumah Susun Sederhana (Rusunawa) Rawa Bebek. Dengan berbagai alasan warga menolak untuk tinggal di rusun.

Salah satu alasan yang paling banyak karena Rusunawa bukan milik pemerintah tapi milik pengembang. "Nggak mau saya di rusun, orang rusunnya punya pengembang, kalau punya pemerintah saya mau gratis tapikan ini pengembang," kata Hanafi, Rabu (27/9).

Laki-laki yang berusia 83 tahun ini lebih memilih tinggal bersama salah satu dari 10 anaknya. Karena istrinya sakit, kakek dari dua puluh cucu ini akan tinggal di tempat istrinya memilih tinggal. Ia tidak bermasalah digusur tapi penggusuran yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk proyek normalisasi Ciliwung menurutnya tidak berperikemanusiaan.

Tidak hanya Hanafi, yang tinggal di pinggir Sungai Ciliwung sejak tahun 1944, yang menolak tapi juga sebagian warga lainnya juga menolak tinggal di Rusunawa Rawa Bebek. Yuni (54) lebih memilih kembali tinggal di sekitar Bukit Duri. Perempuan yang sehari-hari berjualan mi dan minuman dingin ini berencana mencari kontrakan di sekitar Bukit Duri.

"Nggak, nyari kontrakan di sekitar sini saja, kerja juga di sini," katanya.

Alat berat yang dioperasikan oleh petugas merobohkan sebuah rumah saat penggusuran di pemukiman proyek normalisasi Sungai Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta, Rabu (28/9). (Raisan Al Farisi/Republika)

Untuk sementara waktu Yuni menitipkan barang-barangnya di mushala yang belum digusur. Begitu juga Maman (64) menolak untuk tinggal di Rusunawa Rawa Bebek. Alasannya pun sama dengan yang diutarakan Hanafi. "Lagian kalau di rusun kan nggak luas, anak-anak nggak bebas mainnya, kalau di rumah kan bebas mainnya," kata Maman.

Ketua RT 6 RW 12 Bukit Duri Mulyadi menolak pula tinggal di Rusunawa Rawa Bebek. Alasannya mereka harus membayar iuran setelah tiga bulan gratis. "Maunya jadi pengganti jadi hak milik jangan sewa," katanya.

Romo Sandyawan Sumardi mengatakan ada sekitar 20 keluarga yang difasilitasi oleh Komunitas Ciliwung Merdeka. Kebanyakan akan mengontrak di RW 11. "Yang lainnya mencari sendiri sekitar sini," katanya.

(Lihat juga In Picture: Penggusuran Bukit Duri II: Aksi Warga)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement