REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa memastikan bantuan logistik untuk para pengungsi korban bencana banjir bandang di Kab Garut, Jawa Barat terpenuhi. Ia memperkirakan ada 2000 pengungsi dari 380 KK, dengan estimasi pengungsi selama 14 hari.
"Saya sudah cek dua dapur umum untuk memastikan logistik pengungsi yang terdampak korban bencana alam longsor dan banjir bandang bisa terpenuhi," kata Khofifah, Kamis (22/9).
Satu dapur umum berada di Kantor Dinas Sosial Kab Garut, sedangkan satu lainnya berada di Makorem 062 Tarumanegara Garut. Dapur umum tersebut didirikan Rabu (21/9). Para relawan dan Tagana per hari menyediakan sampai 2000 paket nasi dan lauk-pauk untuk para pengungsi. Pasokan beras CBP sudah siap sebanyak 50 ton.
Khofifah meminta, logistik para pengungsi yang tinggal bersama keluarga juga tetap harus tersuplai. Petugas bisa mengecek gudang divre atau subdivre terdekat untuk memastikan ketersediaan beras dari Bulog.
"Ketika bupati sudah mengeluarkan SK darurat sesungguhnya sudah bisa mengeluarkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sampai 100 ton," kata Khofifah. Apabila cadangan beras tersebut sudah terpakai, gubernur masih bisa mengeluarkan CBP lagi sampai 200 ton, selebihnya dari Kemsos.
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman mengatakan pengungsi paling banyak ditempatkan di Makorem Garut. Kebutuhan mereka yang paling mendesak berupa makanan, minuman, dan alat.
"Makanan, minuman, air bersih, obat-obatan, dan alat-alat karena ini banyak relawan yang alatnya tidak ada seperti linggis dan pacul," kata Helmi Budiman.
Sebanyak 23 korban dinyatakan tewas, sedangkan 15 lainnya masih belum diketemukan. Ada 380 rumah yang rusak parah dan hanyut diterjang banjir. Sebanyak 15 orang yang hilang sedang dicari dengan alat berat menyisiri sepanjang aliran sungai. Korban paling banyak berada di Kec Tarogong Kidul dan Garut kota sebesar 90 persen.