Rabu 21 Sep 2016 18:47 WIB

BNPB: 20 Orang Tewas Akibat Banjir Bandang di Garut

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bayu Hermawan
Warga berada di dekat barang-barang yang terselamatkan dari puing bangunan rumah yang roboh akibat diterjang banjir bandang aliran Sungai Ciamanuk di Kampung Cimacan, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (21/9).
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Warga berada di dekat barang-barang yang terselamatkan dari puing bangunan rumah yang roboh akibat diterjang banjir bandang aliran Sungai Ciamanuk di Kampung Cimacan, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (21/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut melaporkan jumlah korban meninggal dunia akibat banjir bandang dan longsor di Garut, Jawa Barat, bertambah menjadi 20 orang. Hingga Rabu (21/9) sore, pukul 16.30 WIB sebanyak 14 orang juga dilaporkan masih hilang.

"Dari jumlah tersebut, sembilan anak menjadi korban bencana banjir bandang Garut, sedangkan empat anak dinyatakan masih hilang," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Rabu (21/9).

Sementara itu, dua warga meninggal dunia diidentifikasi berasal dari Sumedang, Jawa Barat. Petugas di lapangan masih melakukan identifikasi nama-nama jasad korban. Saat ini ada enam jasad korban yang belum teridentifikasi namanya.

Saat ini pencarian dan penyelamatan korban masih terus dilakukan Tim SAR gabungan dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, Tagana, PMI, relawan dan masyarakat. Ratusan pengungsi ditempatkan di kantor Korem. BPBD Provinsi Jawa Barat membantu penanganan darurat.  Pos komando (posko) dan dapur umum telah didirikan BPBD setempat.

Bupati Garut menunjuk Dandim sebagai komandan tanggap darurat. Pendataan masih dilakukan. Tim Reaksi Cepat telah berada di lapangan untuk membantu BPBD setempat, berupa dukungan dana siap pakai dan pendampinga posko. Sutopo mengatakan kebutuhan mendesak saat ini adalah dana siap pakai untuk operasional penanganan darurat.

"Beras dan permakanan diperlukan untuk penanganan pengungsi," ujarnya.

Masyarakat diiimbau terus meningkatkan kewaspadaan dari ancaman banjir dan longsor. Hujan akan terus meningkat hingga puncaknya Januari 2017 mendatang. La Nina, dipole mode negatif dan hangatnya perairan laut di Indonesia menyebabkan hujan melimpah, lebih besar dari normalnya sehingga dapat memicu banjir dan longsor.

Banjir bandang dan longsor ini dipicu hujan deras sejak Selasa (20/9), pukul 19.00 WIB. Curah hujan tinggi menyebabkan debit Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri naik secara cepat. Pukul 20.00 WIB banjir setinggi lutut kemudian sekitar jam 23.00 WIB banjir setinggi 1,5 - 2 meter. Saat ini sebagian banjir sudah surut. Ini menunjukkan kondisi hulu DAS Cimanuk sudah rusak dan kritis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement