Jumat 02 Sep 2016 08:48 WIB

Petani Sigi Gagal Panen Padi karena Hama Ulat

Seorang petani menunjukkan hama ulat grandong.
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Seorang petani menunjukkan hama ulat grandong.

REPUBLIKA.CO.ID, PALOLO -- Para petani di Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mengeluhkan hama ulat yang menyerang sebagian besar tanaman padi di wilayah itu sehingga petani merugi besar.

"Hama itu menyerang pucuk padi sehingga banyak petani gagal panen," Jefry SP, salah seorang petani di Desa Lembantongoa, Keamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Jumat (2/9).

Ia mengatakan petugas penyuluh lapangan (PPL) dari Dinas Pertanian di Kabupaten Sigi sudah turun ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan dan meneliti serangan hama ulat terhadap tanaman padi petani di wilayah tersebut. Ia mengaku gagal panen kali ini lebih besar dibandingkan panen gagal panen pada musim tanam sebelumnya. Rata-rata petani Desa Lembantongoa mengalami gagal panen.

Pada panen kali ini yang berlangsung Agustus-September 2016 ini, sawah yang dikelolahnya hanya dapat menghasilkan 200 Kg beras. Padahal, pada panen sebelumnya, meski terbilang gagal panen, tetapi hasil yang diperoleh masih lebih lumayan karena bisa dapat 600 Kg.

Hal senada juga disampaikan Stepanus, seorang petani di desa yang sama. Ia mengatakan panen sekarang ini hanya bisa menghasilkan 100 Kg beras. Panen musim tanam sebelumnya, dalam setengah hektare sawah masih bisa menghasilkan sampai 300 Kg beras. Itu dikarenkan dampak dari kemarau panjang.

Kebanyakan sawah kekurangan pasokan air sehingga banyak petani gagal panen.Tetapi pada musim tanam kali ini justru gangguan hama. Marlan, seorang petani di Desa Berdikari juga mengatakan banyak petani, termasuk di desanya juga gagal panen karena adanya serangan hama yang sama dengan petani di Desa Lembantongoa.

Tetapi, hasil panen masih terbilang cukup bagus dibandingkan dengan hasil panen petani di Lebantonga yang cukup parah.

Akibat dari banyaknya petani yang mengalami gagal panen, harga beras di Keamatan Palolo cenderung bergerak naik.

Sebelumnya harga beras per karung (isi 50 Kg) dijual di gilingan padi Rp 450 ribu. Kini harganya naik hingga menapai Rp 470 ribu/Kg. Bahkan tidak menutup kemungkinan, harga beras terus bergerak naik.

Harga konga (dedak) saja, kata dia, yang semula hanya Rp 100 ribu/karung, naik menjadi Rp 140 ribu/karung. Palolo selama ini merupakan wilayah sentra produksi beras, kakao dan kopi. Hasil panen petani selama ini banyak dijual ke Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement