Selasa 30 Aug 2016 08:38 WIB

Teror Bom Gereja Medan Diduga Ingin Ciptakan Konflik Horizontal

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Nur Aini
Personel Gegana Brimob Polda Sumut melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) pasca peristiwa teror bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep Medan, Sumatera Utara, Senin (29/8).
Foto: Antara/Septianda Perdana
Personel Gegana Brimob Polda Sumut melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) pasca peristiwa teror bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep Medan, Sumatera Utara, Senin (29/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak menduga aksi teror yang terjadi belakangan ini seperti upaya serangan bom terhadap pastor di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Medan merupakan agenda setting. Teror tersebut, kata dia, digunakan untuk memprovokasi masyarakat guna masuk ke konflik horizontal.

"Pemerintah harus mengantisipasi hal ini," kata Dahnil saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (30/8).

Menurut Dahnil, teror seperti di Medan bisa terjadi di manapun. Dahnil mengatakan, Sumatra bukan satu-satunya sasaran provokasi agar terjadi konflik horizontal.

Dia menambahkan, pelaku teror tidak hanya mereka yang masuk dalam jaringan terorisme yang ada dalam data intelijen. Namun bisa muncul darimana saja. Menurutnya, para pelaku teror bisa dikendalikan oleh orang lain agar bisa menimbulkan konflik horizontal atas kepentingan politik dan ekonomi. Khusus kasus upaya penyerangan pastor di Medan, dia berpendapat sama dengan yang dikatakan Menkopolhukam, Wiranto.

"Yang bersangkutan tak terkait dengan jejaring yang selama ini disebutkan," ujarnya.

Dugaan sementara, katanya, pelaku bisa saja bergerak sendiri atas latarbelakang masalah pribadi. Dahnil juga menduga pelaku bisa juga dikendalikan oleh orang lain yang harus diungkap polisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement