Rabu 24 Aug 2016 09:17 WIB

Kekerasan Terhadap Anak Meningkat di Merauke

Kekerasan pada anak (ilustrasi).
Foto: wikipedia
Kekerasan pada anak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MERAUKE -- Kasus kekerasan terhadap anak di Kabupaten Merauke Provinsi Papua pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan mencapai ratusan kasus. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Merauke Albertina Mekiuw mengatalan pada 2013 ada lima kasus, 2014 enam kasus, dan 2015 sebanyak 104 kasus. "Jumlah kasus kekerasan anak ini sudah terlalu banyak," kata Albertina, di Merauke, Rabu (24/8).

Kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi tersebut, kata dia lagi, lebih didominasi oleh perlakuan kasar dari orang tua. Selain itu juga mempekerjakan anak-anak di bawah umur untuk mendapatkan uang, bahkan mengabaikan anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

"Kami lihat anak-anak ini kadang mereka ada di pasar saat jam yang sehusnya mereka berada di sekolah. Kami tanya mereka, ada yang mengatakan kerja supaya bisa dapat uang," ujarnya.

Hal yang membuat miris lagi adalah pemerkosaan juga meningkat. Rata-rata pelakunya oleh orang dekat dengan korban.

Selain ada orang dewasa yang meminta-minta, ada juga orang tua yang membiarkan anaknya meminta-minta di pusat keramaian seperti di dekat ATM dan pertokoan. "Saya pernah tanya sama mereka, kenapa kamu ada di sini. Mereka bilang cari uang supaya bisa makan. Ini kan mustahil, ada orang tua, kenapa mesti menyuruh anaknya. Panas-panas mereka berdiri di samping ATM. Ini hal yang tidak bagus," katanya pula.

Ia menambahkan bahwa tingkat perceraian yang tinggi juga memengaruhi anak-anak. Sebab terkadang anak tidak memperoleh perhatian yang baik ketika orang tua sudah bercerai.

Menurutnya, pada 2016 ini belum dirampungkan pengumpulan data kekerasan terhadap anak di wilayah setempat. Dia pun mengatakan meski kasus kekerasan terhadap meningkat. selama ini belum ada yang masuk pidana. "Namun kami harapkan tanggung jawab orang tua sebab anak-anak bisa ada karena orang tua," katanya.

Sebelumnya, Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Eklesia Kabupaten Merauke Provinsi Papua secara rutin melakukan pembinaan kerohanian, dampak narkoba, dan lem aibon kepada lebih dari 300 anak jalanan di wilayah itu. "Kami putar film tentang bahaya lem aibon dan narkoba. Jadi hal-hal nyata ini yang kami tunjukkan kepada mereka," kata anggota jemaat GBI Eklesia Kristian Isir.

Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Merauke itu menambahkan bahwa beberapa waktu lalu anak jalanan yang diberikan pembinaan hanya mencapai dua ratusan orang, namun belakangan ini jumlahnya meningkat. "Setelah pembinaan, kami berikan makan, walaupun seadanya sesuai kemampuan kami. Ketika mereka pulang kami kasih beras dua kilogram per orang. Kami laksanakan pembinaan setiap akhir bulan di GBI Eklesia Jalan Nowari," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement