Rabu 17 Aug 2016 16:09 WIB

Soal Kerusuhan Sari Rejo, Gubernur Sumut Minta Tentara Lindungi Rakyat

Rep: Issha Harruma/ Red: Achmad Syalaby
Sejumlah warga Sari Rejo melakukan aksi unjukrasa dengan memblokir jalan di kawasan Jalan Avros Medan, Sumatera Utara, Senin (15/8).
Foto: Antara/Septianda Perdana
Sejumlah warga Sari Rejo melakukan aksi unjukrasa dengan memblokir jalan di kawasan Jalan Avros Medan, Sumatera Utara, Senin (15/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Gubernur Sumatra Utara Tengku Erry Nuradi meminta prajurit TNI untuk mengayomi dan melindungi rakyat. Hal ini disampaikannya menyikapi tindak kekerasan yang dilakukan prajurit TNI AU Lanud Soewondo kepada warga Sari Rejo, Medan Polonia, Medan, Sumatra Utara, Senin (15/8).

"Kepada TNI kita harap manunggal TNI dan rakyat itu terus dipertahankan sehingga tidak ada batasan lagi antara militer dan sipil. Sehingga kita bisa bersama-sama membangun daerah dan negara yang kita cintai ini," kata Erry usai upacara perayaan kemerdekaan Indonesia di Lapangan Merdeka, Medan, Rabu (17/8).

Erry berharap semua pihak dapat menyerahkan masalah hukum yang terjadi pada aparat penegak hukum yang berwenang. Ia pun meminta masyarakat dapat menjaga emosi agar tidak terprovokasi."Jangan sampai nanti terprovokasi pada hal-hal yang lain. Dan bila ada pelanggaran hukum terhadap kasus yang kemarin, kita harap ditindaklanjuti aparat penegak hukum berwenang," ujar dia.

Terkait sengketa lahan antara masyarakat Sari Rejo dan Pangkalan Udara Soewondo yang menjadi awal kericuhan antar keduanya, Erry menyerahkan kepada pihak terkait untuk menyelesaikan. Pihak yang berwenang terkait aset ini, lanjutnya, adalah Kementerian Pertanahan serta Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

"Karena kewenangan itu ada pada Kementerian Pertanahan serta Kementerian Agraria dan Tata Ruang, kami akan meminta tanggapan dan solusi dari persoalan tanah yang ada di Sari Rejo itu," kata Erry.

Sebelumnya, pemblokiran yang dilakukan warga kelurahan Sari Rejo, Medan Polonia, Medan, Senin (15/8) berakhir ricuh. Puluhan warga dan sejumlah wartawan menjadi korban arogansi prajurit TNI AU. Puluhan warga diseret dan ditendangi prajurit TNI AU. Mereka pun dipukuli dengan menggunakan balok kayu, bambu dan senjata laras panjang. Tak hanya laki-laki, perempuan dan anak kecil juga menjadi korban arogansi oknum TNI ini. 

Para prajurit ini pun melakukan penyisiran ke rumah-rumah warga. Mereka mencari orang yang dianggap penggerak massa.Akibat menjadi korban kekerasan TNI, delapan warga dilarikan ke RSU Mitra Sejati. Selain lebam dan luka-luka, lima di antaranya juga menderita luka tembakan dari peluru karet. 

Dua wartawan yang sedang meliput kejadian tersebut juga menjadi korban. Keduanya, yaitu wartawan Tribun Medan, Array A Argus (28) dan Andri Syafrin (36), wartawan MNC TV. Selain dipukul dan diinjak-injak, ponsel dan kamera Andri diambil dan dihancurkan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement