REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengajar Komunikasi Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta, Harmonis mengatakan, umat Islam harus berhati-hati dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta. Menurutnya, dengan banyaknya calon yang maju, dinamika Pilkada DKI Jakarta akan sangat bagus.
Namun, dia menyarakan para calon harus melakukan komunikasi politik yang cerdas. "Kalau dinamikanya bagus tapi untuk Islam harus hati-hati karena takut terpecah, jika terpecah berarti yang diuntungkan pihak lain. Teman-teman yang mau maju harus melakukan komunikasi politik yang cerdas, kalau dilihat dari sejarah yang kalah yang terpecah," kata Harmonis, Jumat (5/8).
Harmonis mengatakan, untuk menghindari keterpecahan para calon harus memiliki kedewasaan politik. Bukan mementingkan suatu kelompok tertentu. Ia menyatakan, kemungkinan menyerap suara akan lebih besar jika para calon melakukan komunikasi politik.
"Seperti komunikasi politiknya Nabi, mementingkan kelompok yang lebih besar dibandingkan kelompok atau golongannya sendiri," katanya.
Harmonis menambahkan, jika Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dicalonkan menjadi Gubernur DKI, maka PDI Perjuangan harus melakukan komunikasi politik dengan partai lainnya. Seperti Sandiaga Uno yang diusung oleh Partai Gerindra.
Menurut Harmonis, sejak pasangan Joko Widodo-Basuki Tjatjaha Purnama belum ada lagi kerja sama antara PDIP dengan Gerindra. Menurutnya, jika sejarah tersebut terulang, keduanya akan cukup menyerap banyak suara. "Permasalahannya apakah PDIP mau? maka yang dibutuhkan komunikasi politik," katanya.
Harmonis berpendapat, Risma dan Sandiaga memiliki kapabilitas yang baik. Risma memiliki pengalaman di bidang birokrasi, sedangan Sandiaga mempunyai pengalaman di bidang ekonomi.
"Tapi dalam politik cair, yang terpenting kecerdasan komunikasi politiknya," tambahnya.