Senin 01 Aug 2016 17:27 WIB

Bandara Lombok Ditutup Akibat Debu Gunung Barujari

Seorang laki-laki memperhatikan semburan material vulkanik Gunung Barujari dari Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Selasa (10/11).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Seorang laki-laki memperhatikan semburan material vulkanik Gunung Barujari dari Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Selasa (10/11).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Perseroan Terbatas Angkasa Pura I menutup sementara Bandara Internasional Lombok akibat debu letusan Gunung Barujari (Anak Gunung Rinjani) di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Senin (1/8). Penutupan dilakukan karena debu itu membahayakan aktivitas penerbangan.

General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok (BIL) I Gusti Ngurah Ardika di Lombok Tengah, Senin, mengatakan penutupan bandaran diberlakukan mulai pukul 16.15 WITA. Rencananya bandara dibuka kembali pada Selasa (2/8) pukul 10.00 WITA.

"Kami akan pantau setiap satu jam kondisi area penerbangan, mudah-mudahan besok pagi sudah aman," katanya.

Berdasarkan hasil pengamatan satelit Himawari, kata dia, debu letusan Gunung Barujari sudah berada di area penerbangan Bandara Internasional Lombok. Penutupan bandara, lanjut Ardika, diputuskan dalam rapat bersama dengan "Air Navigation", Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), maskapai penerbangan dan pihak terkait lainnya.

"Kami juga dapat informasi dari kru pesawat yang terbang bahwa sebaran debu letusan gunung berbahaya bagi keselamatan penerbangan," ujarnya.

Petugas Vulkanologi di Pos Pengamat Gunung Api Rinjani Mutaharlin menyebutkan, erupsi Gunung Barujari masih sering terjadi secara tiba-tiba namun dalam skala rendah. "Ini sisa letusan yang terjadi pada 2015 dengan amplitudonya masih relatif rendah," katanya.

Ia juga belum memberikan rekomendasi penutupan jalur pendakian karena status Gunung Rinjani dan Gunung Barujari masih tetap normal.

Sementara itu, penutupan Bandara Internasional Lombok dilakukan sebagai langkah antisipasi karena debu letusan tertiup angin hingga ke area penerbangan. "Penutupan bandara mungkin sebagai bentuk kekhawatiran, tapi mudah-mudahan aktivitas Gunung Barujari tidak berlanjut, terlebih dengan adanya gempa di sekitar Gunung Tambora, Pulau Sumbawa," ucap Mutaharlin.

Gunung Barujari pernah meletus pada 20 Oktober 2015 sekitar pukul 10.45 WITA dan menyebabkan jalur pendakian ditutup dan aktivitas penerbangan dari dan menuju NTB dihentikan karena ketinggian letusan berbahaya bagi keselamatan penerbangan.

Gunung Barujari atau yang disebut Gunung Baru berada di sisi timur kaldera Gunung Rinjani, dengan kawah berukuran lebar 170 meter dan panjang 200 meter, ketinggian 2.296-2376 meter dari permukaan laut (mdpl).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement