REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat mencatat hingga semester pertama (Januari-Juli) tahun 2016 telah terjadi 76 kasus kekerasan terhadap anak.
"Sampai Ramadhan kemarin kami catat ada sekitar 76 kasus kekerasan terhadap anak," ujar Ketua P2TP2A Jawa Barat Netty Prasetyani kepada wartawan usai apel siaga Pencanangan Jabar Tolak Kekerasan di Gedung Sate Bandung, Senin (18/7).
Menurut Netty, angka tersebut menggambarkan bahwa hampir di semua kabupaten/kota terjadi kasus kekerasan terhadap anak. Kasus terbesarnya, adalah kasus seksual.
Netty mengaku masih belum bisa memerinci jumlah kasus kekerasan seksual tersebut. Ia hanya menjelaskan, hampir semua Kabupaten/Kota di Jabar terdapat kasus kekerasan. Padahal, selama ini ada anggapan kasus kekerasan hanya terjadi di pelosok tapi saat ini di kota besar pun banyak anak yang menjadi korban kekerasan dengan berbagai bentuk. "Kekerasan terhadap anak tidak hanya terjadi di daerah pelosok tapi di kota besar juga terjadi," katanya.
Netty mengakui Provinsi Jawa Barat rawan terhadap kasus kekerasan anak dan perempuan. Namun, Ia melalui P2TP2A Jawa Barat berupaya meminimalisir kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan. Selain itu, P2TP2A kabupaten/kota pun cukup berperan aktif dalam menangani kasus kekerasan yang terjadi di daerahnya.
Salah satunya, kata dia, dengan membentuk gugus tugas P2TP2A tingkat kabupaten/kota untuk mengatasi masalah kekerasan anak dan perempuan ini. "Intinya, semua pihak harus ikut berperan aktif mencegah kekerasan terhadap anak dan perempuan," katanya.
Netty pun, sangat mendukung gerakan Pencanangan Jabar Tolak Kekerasan. Karena, hal tersebut bisa menjadi gerbang awal pencegahan kekerasan terhadap anak khususnya di lingkungan sekolah. Ia berharap, dengan adanya Pencanangan Jabar Tolak Kekerasan hari ini di maka kasus kekerasan terhadap anak semakin menurun. "Tentang jumlah rinci kasus kekerasan anak yang terjadi di sekolah kita belum dapat data pastinya," katanya.
Menurut Netty, Ia pun sangat bersyukur dengan kerja keras maka semua pihak mendukung Jabar menolak kekerasan. Bahkan, hampir semua sekolah mendukung untuk menghadirkan sekolah ramah anak.
"Sekolah menolak kekerasan ini akan memberikan citra sekolah bebas kekerasan. Jadi, tak ada lagi bullying senior dan junior," kata Netty. Ia pun mengimbau sekolah yang menyatakan siap menjadi sekolah antikekerasan harus siap membuka pengaduan jika ada kasus kekerasan