REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Western Fleet Quick Response (WFQR)-4 Komando Armadar RI Kawasan Barat (Koarmabar) TNI AL menangkap 15 orang di sekitar Subi dan Serasan, Natuna, Kepulauan Riau. 15 orang itu dianggap meresahkan warga setempat, terutama para nelayan, lantaran menangkap ikan dengan menggunakan bom ikan.
Penangkapan ini dilakukan dengan menggunakan KRI Tengku Umar-385 di sekitar perairan Subi dan Serasan. Penangkapan ini berawal dari laporan masyarakat dan nelayan, yang merasa resah lantaran aktivitas pelaku. Akhirnya tim WFQR menangkap 15 orang sebagai pelaku pengeboman ikan tersebut.
''15 orang itu dibawa ke Pangkalan TNI AL (Lanal) Ranai, Natuna, untuk diadakan pembinaan dan penyadaran, bahwa selama ini tindakan yang mereka lakukan sangat berbahaya dan merugikan lingkungan hidup,'' kata Kepala Dinas Penerangan Koarmabar (Kadispenarmabar) TNI AL, Mayor Laut, Budi Amin, dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Senin (27/6).
Sementara Komandan Lanal (Danlanal) Ranai, Kolonel Laut, Arif Badrudin mengungkapkan, selain mendapatkan pembinaan dan penyadaran dari personel TNI AL di Lanal Ranai, para pelaku juga akan mendapatkan pelatihan. Pelatihan ini diharapkan bisa menjadi bekal buat para pelaku agar tidak lagi mengulangi aktivitas mengembom ikan.
''Pelatihan tersebut berupa pelatihan budidaya rumput laut dan perikanan. Supaya mereka tidak lagi melakukan tindakan yang sangat merugikan tersebut,'' kata Arif.
Arif menambahkan, sebagai barang bukti, pihaknya telah mengamankan sejenis bom molotov dan detonator. Arif pun mengungkapkan, pihaknya akan melakukan penelusuran darimana para pelaku mendapatkan barang-barang ilegal tersebut.
Selain itu, guna memberikan pemberdayaan kepada masyarakat, Koperasi Lanal Ranai juga melakukan kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga menyediakan 62 keramba jairng apung, 10 pompong berukuran 5 GT. ''Bantuan itu akan dikelola bagi 18 orang nelayan pembius ikan, yang sudah dibina di Mako Lanal Ranai,'' kata Arif.