Sabtu 25 Jun 2016 08:35 WIB

Sebuah Puisi: Habibie, Pahlawan Kami

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ilham
Presiden RI ke tiga BJ Habibie menyampaikan pidato politiknya saat menghadiri Tasyakur Milad ke-18 PKS di Jakarta, Ahad (24/4).  (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto:

Salah satu seri buku Habibie, yakni Habibie: Makna di Balik Lensa, akan mengungkapkan kehebatan Habibie dalam memindah keindahan objek dan momen ke dalam lensa. Keunikan Habibie ini tidak hanya tertera dalam buku, tapi saat peluncuran buku 80 Tahun Habibie di kediamannya pun terlihat jelas kecintaannya.

Di tengah-tengah acara, Habibie acap asyik memegang kamera DSLR-nya. Saat duduk pun dia begitu berfokus mengabadikan momen maupun orang-orang yang berada di sekitarnya. Bahkan, Habibie sempat mengambil foto sejumlah wartawan yang ketika itu sibuk memotret dirinya.

Pada buku seri keenam Habibie ini akan diperlihatkan karya orisinal Habibie yang memadukan komposisi warna dan cahaya untuk merekam ketakjubannya pada Sang Kuasa. Sebagian besar karya potretannya adalah pemandangan awan. “Awan tidak selalu terlihat sama, baik bentuk maupun warnanya. Awan di waktu maghrib, subuh, atau jam 12 siang berbeda. Dan pemandangan keindahan awan tidak bisa diulangi lagi,” kata Habibie.

Kesehatan Habibie memang tidak baik, karena itu dia tidak diperbolehkan naik pesawat untuk melihat objek terindah tersebut. Namun, di antara semua itu, Habibie menegaskan, kesehatan matanya masih bagus. “Mata saya tidak buta dan saya bisa melihat sesuatu yang indah, apa salahnya?” kata dia.

Sampai saat ini, Habibie tidak pernah bisa melewatkan momen terindah dalam hidupnya tanpa memotret. Meski tidak bisa mengambil objek awan dari ketinggian tertentu, dia masih bisa mengabadikan sesuatu yang indah di sekitarnya. 

“Potret ibu, anak, dan barang-barang yang indah,” terangnya.

Pada akhir pembicaraan di sesi tersebut, Habibie sempat mengutarakan pendapatnya tentang kondisi masyarakat Indonesia. Dalam pandangannya, manusia Indonesia jauh lebih baik, bebas, dan merdeka dibandingkan era sebelumnya.

Namun, di balik kebebasan itu, dia memperingatkan masyarakat Indonesia agar tetap harus bertanggung jawab dan berbudaya dalam tindakannya. Masyarakat juga perlu tahu iptek dan memanfaatkannya demi meningkatkan produktivitas sebagai manusia Indonesia. “Indonesia memang masih banyak kekurangan, tapi tetap lebih baik daripada yang lalu,” tutup dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement