REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, statistik demam berdarah menurun. Data ini jika dilihat berdasarkan jumlah laporan dari kabupaten/kota pada 2015 dan 2016.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes, Mohamad Subuh menerangkan, Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 2015 terjadi di 112 kabupaten/kota. “2016 saat ini ada 52 kabupaten/kota yang melapor,” kata Subuh kepada Republika, Jumat (27/5).
Subuh juga mengungkapkan data kasus atau kematian akibat demam berdarah yang mengalami penurunan dibandingkan 2015. Pada Januari 2015 terdapat 21.266 kasus dan 220 orang mengalami kematian akibat demam berdarah. Kemudian sebanyak 25.802 kasus dan 294 kematian pada Januari 2016.
Di Februari 2015 telah terjadi 20.160 kasus dan 204 mengalami kematian. Sementara pada 2016 sebanyak 21.768 kasus dan 210 kematian akibat DBD.
Selanjutnya, kata Subuh, Maret 2015 sebanyak 14.879 kasus dengan angka kematian 165. Pada Maret 2016 terdapat 8396 kasus dan 58 angka kematian.
Subuh menambahkan, sebanyak 13.655 dan 104 kematian telah terjadi pada April 2016. Sementara di 2016 sebanyak 1193 kasus dengan satu angka kematian akibat DBD.
Untuk mengahadapi ini, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Oscar Primadi mengatakan, daerah harus segera memberdayakan sumber dayanya saat banyak warganya terkena demam berdarah. Dalam hal ini termasuk menggerakan perlindungan dari lingkungan, baik di pedesaan maupun perkotaan.
Menurut Oscar, program 3 M, yakni Menimbun, Menutup dan Mendaur ulang masih tetap berlaku dalam kasus ini. Melipat baju-baju yang bergantungan pun perlu dlakukan mengingat itu menjadi sarang nyamuk di sana. Terlebih lagi yang berada di ruanga yang gelap.
"Permasalahan jentik juga perlu jadi diwaspadakan karena dari situlah awal timbulnya nyamuk penyebab demam berdarah," terang Oscar. Munculnya jentik ini harus diwaspadai pada air bersih sekalipun.