REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- PT Angkasa Pura menyiapkan anggaran untuk pembebasan lahan calon lokasi bandara di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, sebesar Rp3 triliun.
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan tim penilai selesai melaksanakan tugas tahap I pada 14 Juni 2016, maka diperkirakan pada pertengahan Juli atau akhir Juli sudah final dan awal Agustus bisa dilakukan pembayaran.
"Kami optimistis pembangunan bandara juga sudah didukung oleh tersedianya anggaran dari PT Angkasa Pura di antaranya dana untuk akuisisi lahan sebesar Rp3 triliun dan untuk setting-up sebesar Rp8 triliun," kata Hasto, Rabu (25/5).
Hasto mengakui rencana pembangunan Bandara NYIA di Kulon Progo mengalami berbagai hambatan di lapangan, namun tidak diragukan lagi pembangunan bandara akan tetap dilakukan.
Ia memperkirakan akhir 2019 atau awal 2020, bandara baru sudah bisa beroperasi.
"Begitu keluar harga ganti rugi sekitar pertengahan Juni nanti, kami akan menghadap presiden lagi," kata Hasto.
Anggota Tim Percepatan Pembangunan Destinasi Pariwisata Prioritas Rino Wicaksono mengatakan Bandara Kulon Progo seharusnya bisa langsung didesain menjadi bandara modern yang mampu bersaing dengan bandara di Bali ataupun Bandara Sania Cina dan Bandara Indira Gandhi di India.
"Bagaimana Bandara di Kulon Progo bisa sebagai Bandara Amenitas artinya di dalamnya sudah ada bioskop, hotel, salon dan sebagainya yang mampu mendukung kelengkapan bandara. Selain itu juga bisa sebagai Bandara Attraction yang artinya pengunjung bisa menikmati atraksi yang ditampilkan di bandara," kata Rino.
Menurutnya, Bandara di Kulon Progo akan mampu menampung 27,5 juta orang pertahun dengan syarat Pemda dan unsur terkait harus mendukung segala sarana dan prasarananya.