Sabtu 14 May 2016 07:08 WIB

‎ICW: Ketum Golkar Harus Bersih dari Korupsi

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
  Suasana sosialisasi Munaslub Kepada Para bakal calon Ketua Umum DPP Partai Golkar oleh Panitia Pengarah (SC) Munaslub Golkar di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, beberapa waktu lalu.(Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Suasana sosialisasi Munaslub Kepada Para bakal calon Ketua Umum DPP Partai Golkar oleh Panitia Pengarah (SC) Munaslub Golkar di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, beberapa waktu lalu.(Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Corruption Watch (ICW) menyarankan kader Partai Golkar memilih calon ketua umum yang berekam jejak bersih. Terutama yang bersih dan jauh dari kasus korupsi.

"Tentu ini menjadi prasyarat paling dasar," ujar divisi korupsi politik ICW Donal Fariz baru-baru ini. 

Berdasarkan dokumentasi ICW dan KPK, Golkar merupakan salah satu partai yang kadernya banyak terjerat kasus korupsi. Untuk itu, prasyarat caketum Golkar harus clean and clear dari persoalan hukum harus menjadi hal mendasar pembenahan internal partai. Terkait persoalan hukum bisa dilakukan lebih maksimal bukan hanya slogan saja.

Selain bersih, caketum Golkar harus memiliki visi membangun partai yang modern. Partai modern, menurut dia, adalah partai yang mempunyai konsep membangun sistem pendanaan yang transparan,  akuntabel, dari sumber yang jelas, dan tidak mewakili kelompok oligarki.

Donal mengatakan salah satu permasalahan partai di Indonesia adalah oligarki partainya. "Dengan membangun partai yang modern, hal ini bisa dilakukan untuk membangun partai dengan memperbaiki pola dalam kaderisasi," ujarnya.

Seperti diberitakan sebalumnya, delapan kandidat caketum Golkar akan berkompetisi memperebutkan posisi puncak di partai berlambang pohon beringin tersebut pada Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) pada 14 hingga 15 di Bali. Mereka adalah Mereka adalah Aziz Syamsuddin, Mahyudin, Setya Novanto, Ade Komarudin, Syahrul Yasin Limpo, Airlangga Hartarto, Indra Bambang Utoyo, dan Priyo Budi Santoso. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement