REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon ketua umum DPP Partai Golkar dalam Munaslub Bali, Priyo Budi Santoso meminta agar klaim sejumlah pihak yang mengatasnamakan Istana Presiden maupun Istana Wapres, terkait dukungan terhadap calon ketum Golkar, dihentikan.
"Ada kabar yang mengatasnamakan Istana Presiden, pihak satunya lagi seolah sinyal dari Istana Wapres. Kasihan Pimpinan Golkar Daerah digiring ke sana-sini. Itu tidak baik di saat Golkar ingin berbenah dan ingin memulai tradisi baru yang demokratis dalam memilih ketua umumnya," kata Priyo dalam siaran persnya, Rabu (11/5).
Ramainya pemberitaan seputar klaim dukungan Istana Presiden maupun Istana Wapres, menurut Priyo membuat kondisi calon ketum menjadi tidak nyaman. Dikatakannya, calon ketum Golkar itu ada delapan orang, tidak hanya dua orang. "Dan kami berdelapan adalah kader unggulan Partai Golkar," ungkapnya.
Meski tidak nyaman dengan klaim-klaim dukungan dari Istana Presiden maupun Istana Wapres, Priyo menegaskan bahwa ia juga akan membawa Golkar bekerja sama dan mendukung pemerintahan Jokowi-JK. "Saya tidak ragu sedikit pun membawa Golkar bekerja sama dan mendukung pemerintahan Jokowi-JK," kata mantan wakil ketua DPR tersebut.
Priyo meminta agar semua pihak membiarkan Golkar berbenah dengan tradisi baru yang demokratis dan bersih. "Tidak mudah memang, karena di sana-sini masih ada pemberitaan terkait jor-joran politik uang. Tapi Saya dan banyak teman lain tetap bertekad untuk kawal munaslub yang baik, demokratis dan bersih."
Sebelumnya beredar kabar Istana memberikan dukungan kepada Setya Novanto sebagai caketum Golkar. Namun kabar ini dibantah oleh Juru Bicara Istana Johan Budi. Secara tegas Johan mengatakan Presiden Jokowi tidak memberikan dukungan terhadap salah satu calon ketum Golkar.
Menkopolhukam Luhut Binsar juga membantahnya. Menurut Luhut dukungan yang diberikan Jokowi adalah dukungan terhadap penyelenggaraan Munaslub Bali, bukan dukungan kepada calon ketua umum.