Ahad 24 Apr 2016 14:37 WIB

Kekerasan Dua Distrik di Tolikara Diduga Dipicu Rebutan Dana Respek

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Israr Itah
Petugas berjaga di area bekas terjadinya kerusuhan di Tolikara.
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Petugas berjaga di area bekas terjadinya kerusuhan di Tolikara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kondisi keamanan di Kabupaten Tolikara, Papua, kembali memanas. Dihubungi dari Jakarta, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tolikara, Feri Kagoya menuturkan, aksi kekerasan terjadi selama lebih dari satu pekan antara dua distrik di Tolikara. 

Pemicunya, pemuka dari salah Distrik Gika merasa dirugikan terkait penyaluran dana Rencana Strategis Pengembangan Kampung (Respek). Feri menjelaskan, sesuai aturan yang berlaku, tiap distrik di Papua mendapatkan alokasi Rp 100 juta. Besarnya dana tersebut bersumber dari pemerintah pusat (APBN) dan APBD Provinsi Papua. Aksi kekerasan tersebut masih terus terjadi hingga Ahad (24/4).

“Dari dana desa itu, atau PNPM Mandiri itu. Distrik Gika merasa rugi karena dia punya hak merasa diambil oleh Distrik Panaga. Kemudian, dari Distrik Gika mereka menyerang ke Distrik Panaga. Tanggal 9 April hari Sabtu sampai dengan tanggal 18 kemarin baku perang. Hari ini pun masih, walaupun pemerintah daerah dengan pihak keamanan sudah turun,” papar Feri.

Dia melanjutkan, konflik berkepanjangan itu telah menelan korban meninggal, David Manipo (24 tahun). David mengalami luka berat akibat tusukan panah. Selain itu, 17 orang lainnya mengalami luka berat, dan 15 orang luka ringan.

Feri khawatir, jatuhnya korban jiwa justru memicu dendam, sehingga konflik bersenjata semakin berlarut-larut.

 “Itu biasa begitu. Karena satu meninggal, berarti harus kelompok-kelompok lain masuk (berperang). Meninggal dari kubu Panaga. Berarti dia sambil menunggu, memanggil pasukan-pasukan yang dia punya hubungan kekerabatan dari distrik lain.”

Akibat peristiwa ini, pengungsi membanjiri distrik-distrik sekitar. Diperkirakan, jumlahnya mencapai 10 ribu jiwa. Mereka mengungsi lantaran rumah mereka sudah hangus, dibakar rata dengan tanah. Hewan ternak juga banyak dijarah.

Sejauh ini, BPBD Tolikara baru memberikan bantuan darurat. Untuk bantuan berkelanjutan, itu mengalami hambatan yang berat dalam penyalurannya. 

Tidak ada jalan darat menuju pengungsian warga Tolikara dari pusat provinsi. Pesawat pun sulit menjangkau. Feri meminta pemerintah pusat untuk segera memberikan bantuan via penerbangan helikopter.

“Kita mohon pemerintah pusat untuk (mengirim) bantuan, seperti tenda dan kebutuhan lainnya. Tempat tinggal mereka kan sudah hangus. Rumah itu sudah hilang, terbakar,” tukasnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement