Supinah memiliki empat anak. Satu sudah berkeluarga, satu tukang sampan, dan dua lainnya masih duduk di SMA dan SD Kelas 5. Kedua anaknya yang masih sekolah masih terus berangkat, meskipun tidurnya tetap di perahu. "Malam hari saya tidur berempat di atas perahu," kata dia.
Sudah beberapa hari ini, suasana warungnya dipenuhi pembeli kopi maupun rokok. Namun terdengar sesekali ada suara orang berhutang dulu. "Tidak apa-apa mas asal bener," kata dia.
Supinah sore ini mencoba mempersiapkan menu baru untuk besok. Yaitu untuk menambah menu nasi uduk yang rencananya akan dijual dengan cara berkeliling di Pelabuhan Sunda Kelapa. "Apakah laku atau tidak ya?" Tutur ibu tersebut sambil memotong bawang merah.
Rencananya Supinah akan memulai dengan berjualan nasi uduk sebanyak lima liter. Namun dirinya belum tahu apakah akan selaku dahulu atau tidak. Namun kalau dahulu, sewaktu kios miliknya belum tergusur eksavator setidaknya dua anaknya dapat uang jajan Rp 60 ribu.
Kemudian terlihat anak-anak kecil berkumpul mencoba mengais rezeki dari sisa-sisa besi bekas. Untuk dikilokan kepada pengepul yang tak henti-hentinya menimbang berat di Jalan Pasar Ikan.
Untuk pemandangan di pesisir pun terlihat belum adanya aktivitas nelayan seperti biasa. Karena hampir semua perahu nelayan tradisional dipenuhi barang-barang dan sanak keluarga yang sekedar beristirahat.
Baca juga, Warga Korban Gusuran Pasar Ikan Merasa Tertipu.