Selasa 05 Apr 2016 11:03 WIB

Ribuan Nama Asal Indonesia dalam Skandal Panama Papers

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bilal Ramadhan
Kantor firma hukum Mossack Fonseca di Panama.
Foto: AP/Arnulfo Franco
Kantor firma hukum Mossack Fonseca di Panama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Skandal cuci uang dalam Panama Papers terkait firma hukum Mossack Fonseca yang disusun oleh Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (ICIJ) juga mencatut ribuan nama dari Indonesia. Sejumlah nama familiar terdengar publik.

Menurut daftar ICIJ, ada 2.961 nama dalam daftar Officers & Master Clients, sementara daftar offshore entities ada 43 dan listed addresses berjumlah 2.400 yang sebagian besar berada di Jakarta dan Bali.

ICIJ mengatakan semua data dalam 11,5 juta dokumen itu tidak serta merta menjadikan mereka melanggar hukum. Sejumlah nama Indonesia yang familiar yaitu Chairul Tanjung, Djan Faridz, Rachmat Gobel, James T. Riady, Anindya Bakrie hingga Sandiaga Uno.

Sejumlah perusahaan juga termasuk seperti Pertamina, Astra International, Lippo, Agung Podomoro, Agung Sedayu, Rabobank International juga J-Co Donuts & Coffee. Daftar nama tersebut ada dalam data bocoran dari sumber tak dikenal pada surat kabar Sueddeutsche Zeitung.

Di antara semuanya, klien Mossack Fonsecas termasuk pelaku kriminal dan anggota beragam kelompok mafia. Dokumen juga mengupas skandal korupsi kepala negara dan pemerintahan.

Bocoran data Mossack Fonsecas terdiri dari 4.804.618 juta email, 3.047.306 format database, 2.154.264 data PDF, 1.117.026 foto, 320.166 dokumen tulisan dan 2.242 data lainnya. Panama Papers ini disebut-sebut sebagai data bocoran terbesar sepanjang sejarah yang ukurannya mencapai 2,6 Terabyte.

Sebagai perbandingan, data bocoran Wikileaks hanya berukuran 1,7 Gigabyte, Offshore Leaks tahun 2013 juga hanya 260 Gigabyte. Dikutip dari situs Panama Papers di surat kabar Sueddeutsche Zeitung, laporan ini bermulai satu tahun lalu.

"Seorang sumber anonim menghubungi Süddeutsche Zeitung (SZ) dan memasukan dokumen internal terenkripsi dari Mossack Fonseca, sebuah firma hukum Panama yang menjual perusahaan lepas pantai anomim di seluruh dunia," katanya.

Berbulan-bulan diikuti, jumlah dokumen terus berkembang hingga melebihi bocoran asli. SZ mengumpulkan sekitar 2,6 Tb data, menjadikannya bocoran terbesar yang pernah dikerjakan jurnalis. Menurut SZ, sumber tidak berharap apa pun, baik kompensasi finansial atau pun lainnya, kecuali sejumlah pengamanan.

Karena banyaknya data, SZ memutuskan untuk menganalis data dengan bekerjasama dengan ICIJ. Dalam 12 bulan terakhir, sekitar 400 jurnalis dari lebih dari 100 media di 80 negara ambil bagian dalam penelitian atas dokumen. Termasuk Guardian, BBC, Le Monde, La Nacion, NDR dan WDR.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement