REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Restorasi Gambut (BRG) mulai bergerak pascadibentuk dua bulan lalu. BRG memulainya dengan memetakan daerah restorasi indikatif di empat Kabupaten target perdana restorasi yakni Kepulauan Meranti (Riau), Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin (Sumatra Selatan) dan Pulang Pisau (Kalimantan Tengah).
"Lokasi identifikasi terdiri dari 77 persen kawasan budidaya dan 23 persen kawasan lindung dengan luas total 834.491 hektare," kata Kepala BRG Nazir Foead dalam konferensi pers di Kantor Staf Presiden, Kamis (31/3). Identifikasi dikerjakan bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Bappenas, Badan Informasi dan Geospasial (BIG), serta kalangan LSM.
Melengkapi struktur BRG, lanjut Nazier, telah dibentuk kelompok ahli yang terdiri dari 24 pakar dari berbagai latar belakang dan disiplin keilmuan. Tim Restorasi Gambut Daerah akan segera dibentuk di daerah-daerah prioritas kerja BRG. Untuk menajamkan program, pada awal April 2016 di Jambi akan diselenggarakan Rapat Koordinasi Teknis bersama kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah terkait.
Terkait konstruksi restorasi, lanjut dia, BRG tengah merampungkan panduan dan prosedur operasional standar (POS) pembangunan infrastruktur pembasahan gambut melalui pembangunan sekat kanal. Dibuat pula persemaian atau seedling nursery , penanaman di lahan gambut, dan pemasangan sumur pipa bor.
Deputi bidang Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan BRG, Alue Dohong, menyatakan pihaknya sedang mengkonsultasikan panduan dan POS dengan para pakar. Nantinya panduan akan menjadi dasar konstruksi infrastruktur restorasi hidrologi gambut yang seragam.
Pada pertengahan April, lanjut Alue, akan pula dilaksanakan aksi cepat bersama masyarakat untuk membangun sekat kanal bersama masyarakat di Tebing Tinggi Timur, Kepulauan Meranti, Riau dan Kabupaten Pulang Pisau. Akan dilakukan pula pemasangan sumur bor di desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Riau dan tiga desa di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.