REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemerintah provinsi Jawa Barat akan mengadopsi penanganan sungai Ciliwung (Jakarta) untuk penanganan pencemaran lingkungan di sungai Citarum. Karena, konsep penangan sungai Ciliwung dinilai cukup efektif menangani pencemaran sungai.
"Ya, Ciliwung jadi rujukan karena disana melibatkan juga TNI, operasi militer selain perang. Disana berhasil, kami mau duplikasi," ujar Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar kepada wartawan, Selasa (29/3).
Menurut Deddy, penangan sungai Ciliwung jadi salah satu rujukan Ciliwung dari Depok sampai masuk Jakarta bisa selesai karena melibatkan TNI Kodam V Jaya. Namun, penanganan sungai Citarum tentunya akan sedikit berbeda dengan penangan sungai Ciliwung. Karena, penangan sungai Citarum cukup rumit terkait dengan beberapa kabupaten/kota. Jadi, perlu koordinasi antar pemerintah daerah.
"Citarum itu, melibatkan sekian banyak kabupaten/kota, itu baru sampai saguling saja. Bahkan, dari saguling kesana ada beberapa kabupaten kota lagi, koordinasinya lebih komplek, kalau jakarta sendirian saja, tinggal kerja sama dengan TNI, selesai," katanya.
Sedangkan Citarum, kata dia, penangannya harus berkoordinasi dengan kabupaten/kota agar jelas siapa mengerjakan. Pemprov Jabar pun, berencana membahas masalah penanganan sungai Citarum bersama dengan instansi terkait lainnya. Baik pemerintah Kota Bandung, Kabupaten Bandung, BBWS, TNI dan lainnya.
"Nanti hari rabu (besok) mau dirumuskan semuanya tentang organisasinya untuk membentuk Samsat (satuan manunggal satu atap, red)," katanya.
Dalam rapat pembentukan Samsat, kata dia, nanti dirumuskan tugas masing masing seperti apa. Penanganan sungai Citarum ini dinilainya perlu dilakukan secara menyeluruh dan melibatkan semua unsur pemerintah daerah dan instansi terkait lainya. Termasuk juga, TNI dan masyarakat.
"Citarum ini sudah harus ditangani secara menyeluruh, dari succes story Ciliwung, ikut peran TNI. Makanya kita kerja sama dengan TNI," katanya.
Untuk jangka pendek, kata dia, perlu ada penanganan terkait sampah di Sungai Citarum. Minimal, setelah tumpukan sampahnya dibereskan kemudian dilakukan pengerukan sendimentasi. "Sekarang Ciliwung bersih nggak ada sampah. Setelah itu baru bicara limbah, kan ada Satgas, mungkin nanti ada Samsat. Penanganan hukumnya berbeda," katanya.
Deddy menilai, menangani masalah di Citarum, perlu kesadaran dari masyarakat. Selain tidak membuang sampah ke sungai, masyarakat pun diharapkan tidak membuang kotoran (tinja) ke sungai. "Ini harus dibenahi, orang buang air di rumah tapi salurannya langsung ke sungai. Ga ada septik tank," katanya.
Kalau dihitung, kata dia, ada 100 ton tinja per hari yang masuk ke sungai. Ini, sangat memprihatinkan karena seharusnya MCK memiliki septitank tak bisa langsung dibuang ke sungai. "Begitu juga dengan kotoran hewan itu sangat banyak, makanya kita mau bikin sapi komunal, sekaligus membuat biogasnya," kata dia.