Rabu 23 Mar 2016 12:36 WIB

'Penanganan Mantan Gafatar Harus Menyeluruh'

Sejumlah warga eks pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dipulangkan dari Kalimantan tiba di Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (11/2).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Sejumlah warga eks pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dipulangkan dari Kalimantan tiba di Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (11/2).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Pengamat sosial politik mengatakan penanganan terhadap masyarakat yang pernah menjadi anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) harus menyeluruh. Karena aspek yang meliputi organisasi itu sangat kompleks.

Pengamat sosial politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Sohibul Ansor Siregar di Medan, Rabu (23/3) mengatakan Gafatar merupakan organisasi yang 'seksi' dengan dinamika yang sangat menarik. Meski dianggap sebagai organisasi yang memiliki pemahaman yang menyimpang di Indonesia, tetapi Gafatar memiliki sejumlah keistimewaan. 

Dia mengatakan, kalau Ahmadiyah dan Syiah, perdebatan yang muncul hanya berkaitan dengan teologi keagamaan yang dianggap banyak berbeda dengan ketentuan umum dalam Islam. Namun Gafatar, katanya, tidak hanya berkaitan dengan teologi, melainkan mengusung sejumlah program seperti ketahanan pangan yang dilaksanakan secara massif dan terencana.

Menurut dia, melalui pendekatan cukup persuasif, Gafatar mampu meyakinkan orang lain bahwa merealisasikan ketahanan pangan harus turun tangan dengan pertimbangan negara dinilai gagal mewujudkannya. "Itu yang membuat Gafatar menjadi kelompok yang seksi dalam visi, misi, dan program," katanya.

Dengan 'keseksian'itu, Sohibul mengatakan penanganan terhadap mantan anggota Gafatar harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari pemerintah, agama, ekonomi, hingga sosial. Menurutnya, pemerintah harus bisa memberikan perhatian dan dukungan yang besar agar mantan anggota Gafatar merasa diperhatikan dan ikhlas bergabung kembali dengan masyarakat.

Masyarakat juga harus diberikan pemahaman agar bisa menerima mereka sehingga mantan anggota organisasi tersebut mudah beradaptasi kembali. "Masyarakat harus diyakinkan untuk menerima mereka. Siapa yang tidak pernah khilaf dalam hidup ini," ujar Sohibul

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement