Ahad 20 Mar 2016 05:07 WIB

Pelaku Wisata Sangat Berperan Kembangkan Pariwisata di Belitung

Rep: neni ridarineni/ Red: Muhammad Subarkah
Wisatawan menikmati keindahan di Pantai Tanjung Tinggi, Belitung, Kamis (10/3).  (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Wisatawan menikmati keindahan di Pantai Tanjung Tinggi, Belitung, Kamis (10/3). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pekan lalu selama tiga hari  sebanyak 20 orang wartawan Pemda DIY bersama 10 staf humas Pemda DIY dan jajarannya yang dipimpin oleh Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Komunikasi dan Informatika DIY Sigit Haryanta  melakukan pers tour ke Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung.

‘’Kegiatan pers tour ini diselenggarakan setahun sekali di samping bersilaturahim dengan Pemerintah daerah , juga dalam rangka untuk memberikan kontribusi kepada publik tentang potensi dan kondisi wisata di Belitung yang bisa dibawa ke Yogyakarta untuk dijadikan contoh terutama wisata bahari dan UMKMnya,’’kata Sigit Haryanta.

Menurut Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda  Belitung Jasagung Haryadi, pariwisata di Belitung mulai berkembang  sejak delapan tahun yang lalu.  Dari pengamatan Republika,  perkembangan pariwisata di Belitung tampak pesat.  Hal ini bisa dilihat dari jalan-jalan yang cukup luas, hotel-hotel mulai bermunculan dari kelas melati hingga bintang empat. Tempat wisata kuliner pun cukup banyak.

Padahal di tahun 2008 belum ada hotel yang representatif di Kabupaten Belitung, hanya ada beberapa jenis makanan khas Belitung.  Di Tahun 2010 baru ada 23 hotel dan paling bagus hanya bintang dua. Sekarang sudah sekitar 70-an  hotel yang berdiri dan ada yang bintang empat.

Saat wartawan Republika  berkunjung   tahun 2010, Ke,Kabupaten Belitung Timur, jumlah wisatawan yang datang ke Pantai Tanjung Tinggi yang juga dikenal dengan nama Pantai “Laskar Pelangi”  bisa dihitung dengan jari dan belum ada wisatawan asing.

Kini setiap hari di Pantai “Laskar Pelangi” selalu ada wisatawan mancanegara yang berjemur dan jalan-jalan.  Bahkan di tahun 2011 sekitar 1000 wisatawan asing datang ke Belitung menggunakan kapal Yacht. Mereka berasal dari Eropa, Amerika, Australia, dan lain-lain., kata Tour Guide dari Belitung Mardiansyah.

Lebih lanjut Haryadi mengatakan peran pelaku wisata dalam pengembangan pariwisata di Belitung cukup signifikan. Hal ini juga diakui Konsultan Local Partner Program SuistinableTourism Develompent Belitung Sofyan Syah, Petugas Penjaga Mercu Suar di Pulau Lengkuas Belitung Soleh, serta Manajer Galeri KUMKM (Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah) Sulaiman Ikhsan.

Menurut Soleh,  Sebelum ada “Film Laskar Pelangi” tidak ada wisatawan yang naik ke mercusuar. ‘’Dulu di sini sepi sekali. Kini banyak wisatawan yang masuk ke Mercusuar untuk melihat pemandangan di Belitung dari puncak Mercusuar setinggi 65 meter (18 lantai atau sebanyak 313 anak tangga).

Awalnya, penduduk di Pulau  Tanjung Kelayang hanyalah sebagai nelayan saja.  Ketika tidak ada tangkapan ikan, mereka menganggur.‘’Sekarang lebih banyak nelayan yang saat tidak mencari ikan  menjadi pengantar tamu ysng berwisata bahari dari Pulau ke Pulau, seperti ke Pulau Tanjung Kelayang,  Pulau Lengkuas, Pulau  Burung Garuda, Pulau Bidadari, Pulau Babi/Pulau Kepayang dan lain-lain,’’kata Sofyan.

Bahkan ada juga nelayan yang beralih pekerjaan dari pencari ikan menjadi pengemudi perahu boat  sebagai pengantar wisatawan. ‘’Sehingga semua nelayan maupun penduduk di sini tidak ada yang menganggur dan meningkat pendapatannya. Karena setiap hari mereka selalu ada pemasukan,’’tuturnya.

Bila mengantarkan wisatawan dengan menggunakan perahu besar yang berisi 20 orang tarifnya sekitar Rp 1,2 juta, sedangkan untuk perahu yang hanya berisi 10 orang tarifnya Rp 800 ribu.  Namun tidak semua nelayan memiliki perahu. Bagi pengemudi perahu dan tidak punya perahu penghasilannya per hari sekitar Rp 150 ribu.

Sampai sekarang di Belitung tak pernah ditemukan  pengemis. Berbeda halnya di Yogyakarta  masih banyak pengemis Plt. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika DIY yang juga sebagai Kepala Dinas Kebudayaan DIY Sigit Haryanta, hal itu bisa dijadikan contoh bagi Yogyakarta. Haryadi mengungkapkan orang Belitung tidak malas sehingga lapangan kerja selalu ada. ''Kalau ada  penduduk Belitung yang tidak mampu, masyarakat saling membantu dan guyub," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement