Selasa 15 Mar 2016 21:55 WIB

Pengamat: Komentar SBY Masukan untuk Jokowi

Rep: umi nur fadillah/ Red: Taufik Rachman
Maswadi Rauf
Maswadi Rauf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yodhoyono (SBY) kerap berkomentar ihwal sejumlah kondisi di pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK).

Pakar Politik dari Universitas Indonesia (UI), Maswadi Rauf menilai, sejumlah masukan yang dilontarkan Ketua Umum Partai Demokrat itu dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan oleh pemerintah.

"Yang penting bagi pemerintahan Jokowi, itu adalah masukan penting untuk dijadikan bahan pembuat keputusan," kata dia kepada Republika, Selasa (15/3).

Menurut Maswadi, wajar saja jika SBY membandingkan kepemimpinannya dengan pemerintahan yang sekarang. Kritik yang dilontarkan SBY, ia mengatakan, di karenakan mantan presiden keenam itu punya pengalaman memimpin negara ini.

"Jadi dia mempunyai banyak pemikiran pasti soal apa yang dihadapi pemerintahan yang sekarang," ujarnya.

Ia tidak menampik adanya sudut pandang yang menilai komentar SBY disebabkan adanya kepentingan-kepentingan tertentu. Namun, pemerintahan Jokowi-JK harus menyikapinya dengan kepala dingin sebagai bahan evaluasi atau perbaikan.

"Gak usah berpikiran seperti itu. Harus ditanggapi dengan kepala dingin. Itu masukan penting bagi Presiden Jokowi," lanjutnya.

Menurutnya, tidak ada salahnya seseorang memberikan masukan terhadap pemerintah. Nanti, pembuat keputusan yang akan menentukan apakah masukan tersebut dapat menyelesaikan permasalahan yang ada atau tidak.

"Dan itu harus dihargai, karena memberikan berbagai macam alternatif yang baru, yang bisa digunakan oleh pemerintah sekarang," jelasnya.

Selain itu, Maswadi menambahkan, tidak dipungkiri, komentar-komentar yang dilontarkan SBY juga untuk mendulang suara dalam Pilkada maupun Pemilu mendatang. "Itu kan kesempatan bagi SBY untuk menarik simpati masyarakat luas. Usulannya itu kan nanti bisa ditarik oleh publik, bagus atau tidak. Kalau bagus, itu menambah angka untuk SBY," tuturnya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement