Jumat 11 Mar 2016 08:44 WIB

Pengamat: Pencalonan Kepala Daerah Lebih Utamakan Sosok Figur

Rep: c21/ Red: Bilal Ramadhan
Direktur Riset Charta Politika, Yunarto Wijaya.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Direktur Riset Charta Politika, Yunarto Wijaya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Charta Politika, Yunarto Wijaya mengatakan sejarah pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Indonesia tokoh figur lebih penting daripada partai. Sehingga dapat terlihat tidak ada korelasi antara kekuatan partai pendukung dengan seorang kandidat.

"Sebab masyarakat Indonesia lebih melihat sosok figur dan sudah dibuktikan pada (pilgub) tahun 2012," ujar dia, Jumat (11/3).

Yunarto mengatakan saat itu, terlihat bagaimana pasangan calon gubernur Jokowi-Ahok dapat memenangkan kursi Gubernur DKI Jakarta meskipun hanya didukung 15 persen kekuatan partai.

Pada saat itu, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dapat dikalahkan dalam pilgub, meskipun jumlah pendukung di dalam partai jauh lebih besar. Menurutnya, kemenangan dalam pilkada tanpa dukungan kuat partai tidak hanya terjadi di Jakarta namun daerah-daerah.

Karena itu, peluang Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang didukung secara independen atau tanpa partai masih memiliki kemungkinan besar memenang dalam pilkada. "Karena yang lebih dilihat publik, faktor incumbent kepuasan publik terhadap seorang calon," kata dia.

Namun Yunarto menambahkan fungsi partai bukan berati tidak berpengaruh sama sekali. Melainkan bukan faktor dominan untuk memenangkan seorang kandidat. Teman Ahok hanya simbolisasi menjadi relawan, untuk mencoba memenangkan kursi Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017 tanpa partai.

Hal ini merupakan juga dapat dikatakan sebuah kritikan terhadap partai, yang selama ini selalu merasa menjadi pilar demokrasi. Seperti yang diketahui dalam situs resmi Teman Ahok, target mengumpulkan satu juta KTP baru mencapai 774.452 buah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement