REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Sekjen Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumatera Utara, Pendi Pohan mengatakan, tingginya gelombang di perairan Sumut membuat banyak nelayan di wilayahnya tidak pergi melaut. Hal ini dialami khususnya oleh para nelayan kecil yang menggunakan kapal tradisional. "Karena musim ombak ini jadi mereka takut-takut juga melaut, kapal-kapal kecil tradisional ini," kata Pendi kepada Republika.co.id, Ahad (28/2).
Pendi mengatakan, berdasarkan laporan yang ia terima, banyak nelayan yang ragu untuk melaut terlalu jauh karena gelombang tinggi. Hal ini, lanjutnya, tentu memengaruhi hasil tangkapan mereka. "Ada yang berangkat, sampai muara sana melihat ombak tinggi nggak jadi melaut, mereka balik lagi. Nggak berani," ujarnya.
Hal ini dikuatkan oleh Ketua DPC HNSI Tapanuli Tengah, Awaluddin Rao. Ia mengatakan, gelombang di perairan Tapanuli Tengah dan Sibolga sudah mulai tinggi. Namun, menurutnya, tinggi gelombang tersebut masih dapat ditolerir. "Seminggu belakangan udah mulai tinggi, cuma nggak terlampau tinggi. Ke depannya juga tinggi biasanya," kata Awaluddin.
Menurut dia, meski gelombang sudah mulai tinggi, para nelayan kecil di Tapanuli Tengah dan Sibolga tetap pergi melaut. "Masih melaut, tadi pagi juga masih melaut. Cuma kalau seperti sore ini, (gelombang) agak tinggi, nggak berani jauh-jauh kalilah," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Medan mengimbau nelayan agar tidak berlayar jauh. Gelombang tinggi di perairan sekitar Sumatera Utara yang tinggi dikhawatirkan bisa membahayakan keselamatan jiwa.
(Baca Juga: Nelayan Sumut Diminta tak Melaut Terlalu Jauh)
"Gelombang laut mencapai 2,5 meter, khususnya di perairan Sibolga. Bahkan, di Selat Malaka Utara, Perairan Sabang-Banda Aceh dan Samudera Hindia barat Aceh, gelombang laut bisa mencapai tiga meter," kata Kabid Data dan Informasi BMKG Wilayah I Medan, Sunardi.