Ahad 28 Feb 2016 00:15 WIB

Polisi Mutilasi Anaknya, IPW Nilai Ada Persoalan Serius di Kepolisian

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Indira Rezkisari
Ketua Presidium Indonesian Police Watch, Neta S Pane (kiri)
Foto: Republika/Tahta Adilla
Ketua Presidium Indonesian Police Watch, Neta S Pane (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus polisi memutilasi dua anak kandungnya yang masih bawah umur di Kalbar makin menunjukkan adanya persoalan serius di lapisan bawah kepolisian. Indonesian Police Watch (IPW) menilai kasus seperti ini harus menjadi perhatian para elite Polri.

Ketua Presidium IPW, Neta S. Pane menilai kasus seperti ini seperti teori gunung es. Bahwa yang terpendam di dalam dinamika kehidupan lapisan bawah kepolisian ada persoalan kejiwaan yang perlu segera dicermati dan diatasi para elite di Mabes Polri.

Ia menilai, tingginya tingkat kesadisan yang dilakukan para polisi itu dari tahun ke tahun menunjukkan betapa lemahnya proses rekrutmen di Polri. Seakan psikotes dalam rekrutmen itu tidak mampu menyaring figur-figur yang bermasalah. Sehingga dari tahun ke tahun Polri selalu dihadapkan pada ulah polisi-polisi berwatak sadis yangg jauh dari misi Polri yang melayani, mengayomi dan

melindungi.

"Kasus kasus ini tentu tak bisa didiamkan. Polri harus memperketat sistem rekrutnya dan meningkatkan pengawasan yang ketat kepada jajaran bawahnya agar prilaku sadis tidak berkembang pesat di jajaran kepolisian," ujar Neta, Sabtu (27/2).

Neta menambahkan, prioritas Polri adalah membenahi sistem rekrutnya. Isu bayar membayar masuk polisi harus benar-bennar diatasi agar orang bermasalah tidak lolos menjadi polisi. Psikotes masuk polisi harus profesional sehingga orang yang bermasalah dengan kejiwaan tidak lolos menjadi polisi. Masa waktu pendidikan yang selama ini 5 bulan harus diperpanjang menjadi 1 tahun agar Polri benar benar mendapatkan calon polisi terbaik.

(baca: Polisi yang Mutilasi Anaknya, Sejak Kecil Sering Kesurupan)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement