Sabtu 27 Feb 2016 16:35 WIB

Menko PMK: Lulusan UMM Harus Junjung Tinggi Nama Muhammadiyah

Menko PMK, Puan Maharani saat berorasi di Universitas Muhammadiyah Malang
Foto: Istimewa
Menko PMK, Puan Maharani saat berorasi di Universitas Muhammadiyah Malang

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG – Lulusan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) diminta menjaga citra dan menjunjung tinggi nama baik Muhammadiyah. Semua lulusan Muhammadiyah hendaknya menjadi kaum intelektual yang memiliki akhlakul karimah (berakhlak mulia).

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani, dalam acara Wisuda Sarjana ke-79 Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, Sabtu (27/2), menjelaskan, Muhammadiyah sangat berperan besar dalam mencerdaskan bangsa Indonesia.

"Saya berpesan kepada seluruh wisudawan dan wisudawati, jaga citra almamater dan junjung tinggi nama baik Muhammadiyah. Saudara semua hendaknya menjadi kaum intelektual yang memiliki akhlakul karimah (berakhlak mulia),” katanya.

Puan berharap agar lembaga pendidikan menjadi tempat untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian, membangun paradigma perubahan, mindset, budaya atau cara hidup yang baik. Perguruan tinggi harus menjadi agen Revoluasi Mental. 

Kepada para wisudawan/wisudawati, Puan mengingatkan bahwa selesainya studi di univeristas bukan berarti perjuangan sudah berakhir, sebaliknya, justru menjadi awal dari sebuah perjalanan panjang. Para sarjana akan berhadapan dengan berbagai tantangan sekaligus harapan dalam menghadapi masa depan. 

Puan menegaskan, peran perguruan tinggi sangat penting untuk memacu pembangunan manusia Indonesia menjadi lebih baik. Perguruan tinggi adalah ujung tombak dalam memperbaiki daya saing Indonesia berhadapan dengan  negara lain di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). 

Saat ini, katanya, ada beberapa faktor yang masih menjadi kelemahan Indonesia dalam bersaing di pasar global, yakni rendahnya kemampuan inovasi, kesiapan teknologi, riset dan pendidikan tinggi serta infrastruktur.

“Orientasi pendidikan tinggi di negara kita perlu ditata kembali. Di Indonesia diduga sekitar 75-85 persen lulusan perguruan tinggi berasal dari bidang non teknik. Hal yang sebaliknya terjadi di Korea Selatan, dengan lulusan sarjana sebagian besar di bidang teknik,” kata Puan Maharani.

Banyaknya lulus perguruan tinggi dari bidang non teknik tidak terlalu kondusif untuk mendukung penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan peningkatan daya saing. Padahal, dalam rangka peningkatan daya saing di era MEA, pemerintah akan mengalokasikan lebih dari Rp 5. 000 triliun untuk pembangunan infrastruktur. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement