Rabu 24 Feb 2016 09:30 WIB

Melacak Akar Prostitusi

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Achmad Syalaby
Pelacuran (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Pelacuran (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  Dalam beberapa waktu belakangan ini, daerah Kalijodo di Jakarta menjadi sorotan publik lantaran label ‘daerah prostitusi’ yang melekat pada kawasan tersebut. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta beberapa waktu lalu akhirnya memutuskan untuk menertibkan daerah yang dijadikan ladang bisnis lendir selama beberapa dekade itu.

Jika ditelisik dari sejarahnya, aktivitas prostitusi seperti yang pernah berlangsung di Kalijodo bukan lagi hal baru. Di Jakarta sendiri, ada beberapa tempat yang diduga menjadi sarang para germo dan PSK (pekerja seks komersial), baik secara sembunyi-sembunyi, maupun terang-terangan. Belum lagi di luar daerah seperti Batam, Medan, dan kota-kota lainnya, tempat-tempat pelacuran itu juga bisa ditemukan.

Agak sulit melacak bagaimana awalnya kegiatan prostitusi mulai dikenal dalam peradaban manusia. Namun demikian, salah satu penulis dari AS, Anne Keegan, dalam artikel bertajuk World's Oldest Profession Has The Night Off menggambarkan pelacuran sebagai profesi paling tua di dunia.

Sejarawan Yunani kuno yang hidup antara 484–425 sebelum Masehi (SM), Heredotus, dalam karya dokumentasinya yang terkenal, Historia, mengungkapkan bahwa terdapat banyak kuil yang didirikan di kawasan Timur Dekat sejak ribuan tahun yang lampau. Oleh masyarakat setempat pada waktu itu, kuil-kuil tersebut didedikasikan sebagai tempat pemujaan para dewa.

“Di kuil-kuil itu, kegiatan prostitusi dianggap sakral dan sudah menjadi praktik umum. Seperti di Baalbek (Lebanon sekarang—Red) misalnya, setiap gadis di negeri itu diharuskan untuk melacurkan diri kepada orang-orang asing di kuil Astarte,” ujar antropolog asal Skotlandia, Sir James George Frazer.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement