Selasa 23 Feb 2016 21:57 WIB

Mengintip Isi Diary PSK Kalijodo yang Tertinggal

Rep: C21/ Red: Bayu Hermawan
Suasana kawasan Kalijodo tampak sepi, Jakarta, Selasa (23/2).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Suasana kawasan Kalijodo tampak sepi, Jakarta, Selasa (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu persatu kafe dan tempat hiburan malam di kawasan Kalijodo mulai ditinggalkan dan dibongkar oleh pemiliknya. Selain itu, hampir seluruh pekerja seks komersil (PSK) di kawasan itu, sudah mulai meninggalkan kawasan itu.

Di sana ada sebuah cafe mega mas berlantai tiga, dengan sepuluh kamar berukuran 2x3 meter. Suasana canda tawa, keluh kesah, desahan dan lampu menyala tak ada lagi. Semua yang tertinggal hanya catatan-catatan kupu-kupu malam yang biasa menerima pria hidung belang.

Bau apek, alat kontrasepsi, tisu, pakaian kotor, serta foto-foto dan diary tertinggal begitu saja. Salah satunya milik PSK bernama Salsabila yang berkeluh kesah di akhir catatannya.

"Ya Allah aku tidak betah dengan hidup yang aku jalani sekarang. Ya Allah bimbinglah aku ke jalan yang benar. Aku ingin menjadi orang yang baik. Di mata semua orang terutama Mi. Ya Allah kapan semua ini berakhir Allah, aku udah capek. Aku udah capek dengan semua ini," jelasnya.

Dari bangsal ke bangsal kamar, terlihat sama dengan aneka aduan mereka terhadap Tuhan. Namun sebuah kamar meninggalkan hal berbeda dengan catatan sebelumnya.

Terlihat tulisan di dalam sebuah diary 3 - 12, mungkin dapat diartikan jumlah pelanggan setiap malamnya. Kadang mendapat tiga - dua belas pelanggan.

Sedangkan di pinggirnya terdapat sebuah buku Primbon Wanita Tafsir Mimpi Seorang Wanita.  Saat memasuki kamar-kamar tersebut, mungkin kita akan merasa jika kehidupan PSK disini seperti sebuah penjara.

Dengan kamar dari bilik kayu tanpa ventilasi, mereka hidup seperti di dalam kandang. Namun sekarang mereka telah tercerai berai entah pulang ke kampung halaman atau kembali melakukan maksiat.

"Hidup disini hitam putih," ujar Salman (42).

Pria yang dikenal sebagai seorang ustadz itu mengaku tidak asing dengan kehidupan malam di Kalijodo. Ia mengatakan tidak semua orang yang tinggal di kawasan itu, jauh dari agama.

"20 persen penjaga keamanan cafe, selalu shalat. Sedngkan 2-3 orang benar-benar shalat lima waktu. Bahkan tak jarang mengikuti Tabligh Akbar di sini," katanya.

Dia mengisahkan sedikit penglaman tentang kehidupan malam. Mucikari mereka sering datang ke sini untuk mengetahui apa yang mereka lakukan salah. "Hitam tetap hitam, putih tetap putih. Namun saya hanya melihat potensi kebaikan mereka. Namun untuk PSK memang jarang bergaul karena mereka dibatasi oleh tuannya," ujarnya.

Dua jam kemudian adzan magrib menggema dari masjid Nurul Hasanah, namun tak terdengar lagi disco yang selalu dimulai sejak pukul 18.30 Wib. Sebagian cafe tak lagi bercahaya untuk memikat laki-laki hidung belang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement