Sabtu 06 Feb 2016 04:43 WIB

KRI dr Soeharso Dikirim untuk Misi Kemanusiaan di Pulau Terluar Indonesia

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Andi Nur Aminah
 Helikopter Tim kesehatan dan KRI dr Soeharso-990 saat simulasi Latihan Kesehatan Terpadu TNI AL  (ilustrasi)
Helikopter Tim kesehatan dan KRI dr Soeharso-990 saat simulasi Latihan Kesehatan Terpadu TNI AL (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengirimkan KRI dr Soeharso untuk Misi Kemanusiaan Pelayanan Kesehatan di Pulau-Pulau Terluar wilayah Indonesia. Di antaranya Pulau Kisar, Wetar, Liran, Moa, Lakor dan Leti, mulai 6 hingga 15 Februari 2016.

Misi kemanusiaan pelayanan kesehatan adalah tindak lanjut perintah Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo beberapa waktu lalu, usai melakukan kunjungan ke beberapa Pulau Terluar di wilayah Indonesia bagian Timur. KRI dr Soeharso dengan nomor lambung 990 sebelumnya bernama KRI Tanjung Dalpele 972, adalah kapal jenis Bantu Rumah Sakit (BRS). 

Awalnya kapal ini berfungsi sebagai kapal Bantu Angkut Personel (BAP). Karena perubahan fungsi maka pada 17 September 2008 lalu di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, dikukuhkan oleh Kasal Laksamana TNI Slamet Soebijanto saat itu menjadi kapal jenis BRS. 

Kapal ini diklasifikasikan sebagai kapal Landing Platform Dock (LPD). Nama Dalpele diambil dari sebuah tanjung yang terletak di pulau paling timur gugusan pulau di Provinsi Papua. Nama tanjung tersebut diabadikan sebagai nama KRI karena di tempat itu para sukarelawan yang terdiri atas putra-putri terbaik Indonesia rela mengorbankan jiwa ketika berlangsungnya operasi Komando Trikora untuk membebaskan Irian Barat. Kapal produksi Daesun Shipbuilding and Eng.Co.Ltd Pusan Korea Selatan ini tiba di Indonesia 2003 lalu.

Seiring dengan kebutuhan TNI AL secara umum dalam menjalankan tugas-tugas negara, TNI AL memesan dua unit kapal yang menyerupai kapal ini dan telah beroperasi. Kedua kapal tersebut diberi nama KRI Surabaya dan KRI Makassar. 

Nama dr Soeharso diambil dari nama seorang Dokter Orthopedi (Dokter Ahli Bedah Tulang) yakni Prof dr Soeharso, sebuah nama yang sama dengan nama Rumah Sakit Orthopedi dan Rehabilitasi di Solo. Ia telah banyak berjasa selama masa perjuangan kemerdekaan membantu menolong dan merehabilitasi pejuang yang mengalami cacat anggota gerak tangan dan kaki akibat peperangan.

Kapal ini berbobot 11.394 ton kosong dan 16 ribu ton berisi penuh. Kapal sepanjang 122 meter, lebar 22 meter, dan draft 6,7 meter ini mempunyai geladak yang panjang dan luas sehingga mampu mengoperasikan dua buah helikopter sekelas super puma sekaligus. 

Sebagai kapal rumah sakit, telah disediakan satu ruang UGD, tiga ruang Bedah, enam ruang Poliklinik, 14 ruang Klinik dan dua ruang oerawatan dengan kapasitas masing-masing 20 tempat tidur.

Kapal ini memiliki 75 Anak Buah Kapal (ABK), 65 staf medis dan mampu menampung 40 pasien rawat inap. Jika dalam keadaan darurat, KRI drSoeharso juga dapat menampung 400 pasukan dan 3.000 penumpang. 

Dalam fungsinya sebagai kapal angkut, kapal ini mampu mengangkut 14 truk/tank dengan bobot per truk/tank 8 ton. Juga mampu mengangkut tiga helikopter tipe super puma, dua Landing Craft Unit (LCU) tipe 23 M dan satu hovercraft. Persenjataan kapal ini dilengkapi dengan dua pucuk meriam penangkis serangan udara (PSU) Rheinmetall 20 mm. Kapal tersebut memiliki tenaga penggerak mesin diesel.

 

 

INTAN PRATIWI

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement