REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus tewasnya Wayan Mirna Salihin (27) setelah meminum kopi yang mengandung racun sianida menjadi perhatian publik dalam beberapa waktu terakhir.
Namun, sejak Mirna tewas pada 6 Januari 2016 lalu, hingga kini polisi belum mengungkap siapa pelaku yang menuangkan racun ke dalam minuman korban.
Menurut pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar, kasus racun ini sangat jarang di Indonesia. Bahkan, sepengetahuannya, kasus racun pertama kali adalah yang menimpa Munir Said Thalib pada 7 September 2004 silam.
"Setahu saya yang pertama itu kasus Munir, kasus Munir itu seperti ini juga," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (28/1).
Munir meninggal dunia dua jam sebelum mendarat di Amsterdam, Belanda. Setelah diselidiki Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri, ditemukan racun dalam tubuh Munir.
Hal ini juga diperkuat oleh Institut Forensik Belanda yang juga membuktikan Munir meninggal karena racun arsenik. "Sampai sekarang, pelaku utama tidak tahu juga. Sama kayak ini (kasus Mirna) berbelit-belit," ujarnya.
Namun, Umar tetap berharap supaya kasus Mirna tidak bernasib sama dengan kasus tewasnya Munir. Dia juga berdoa supaya tim penyidik dapat menemukan dan mengungkap pelaku di balik kopi maut itu.
"Semoga pekerjaan polisi ini supaya dipertahankan," ujar dia mengapresiasi kinerja tim penyidik Polda Metro Jaya yang terus mengusut kasus racun ini.
Seperti diketahui, Mirna tewas setelah menyeruput es kopi vietnam di Kafe Olivier Grand Indonesia. Setelah dilakukan autopsi pada lambung dan penyelidikan pada kopi yang diminum, ditemukan kecocokan adanya zat sianida atau racun sianida NaCN.