REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Panjangnya musim kemarau membuat benih ikan nila di wilayah Sleman mati. Akibatnya banyak petani ikan yang merugi.
Guna menanggulangi kondisi tersebut Pemkab Sleman melalui Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan (DPPK) menyiapkan bantuan bagi para petani yang diajukan kepada Kementerian Perikanan.
"Kami sudah mengajukan pada kementerian. Nanti akan ada 15 kelompok petani ikan nila yang dibantu. Satu kelompok dapat Rp 50 juta lebih," kata Kepala Bidang Perikanan DPPK Sleman, Suparmono pada Republika, Senin (25/1).
Sementara itu, DPPK sendiri memiliki persediaan indukan dan benih nila. Sehingga masyarakat yang membutuhkan dapat langsung memperolehnya di DPPK Sleman.
Meski begitu Suparmono menjelaskan kondisi budidaya ikan nila sudah mulai stabil. Walaupun memang musim panennya mundur dua bulan. Hal ini disebabkan oleh cuaca panas ekstrem yang menyebabkan suhu air menjadi panas, sekitar 36 derajat celcius. Maka itu banyak ikan yang mati.
"Sebenarnya benih nila mati itu sudah terjadi sejak Desember. Sekarang sudah mulai stabil, dan mulai normal lagi pada Februari," kata Suparmono. Namun, katanya, benih ikan nila pada sistem budidaya minapadi tidak mati. Karena suhu air pada minapadi cenderung stabil.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa petani ikan nila mengalami kerugian yang disebabkan oleh kemarau panjang. Hal ini pun dialami oleh petani ikan di Dusun Kaliwaru Selomartani Kalasan, Kasiman (52) menyampaikan, dari 50 ribu benih Ikan Nila miliknya, 50 persen di antaranya mati.
Hal ini terjadi karena kolamnya mengalami kekurangan pasokan air dan membuat sirkulasi udara menjadi tidak lancar.
"Ikan terkena jamur. Di samping itu cuacanya juga panas sekali, sehingga benih ikan yang cukup rentan menjadi tidak tahan. Mati sedikit demi sedikit," katanya.
Menurut Kasiman, kendala budidaya nila tersebut terjadi sejak November sampai sekarang. Padahal seharusnya, bulan ini sudah masuk masa panen raya. Ia menyampaikan, kerugian tahun ini lebih parah dari pada tahun sebelumnya.
Ketua Kelompok Tani Ikan Mina Raya Kaliwaru Selomartani Kalasan, Sri Hartono mengemukakan, cuaca panas tidak hanya berdampak pada proses pembenihan. Tapi juga berdampak pada budidaya. Karena hujan yang turun bersifat lokal, ternyata malah mengakibatkan distribusi air kurang lancar.
Sementara itu, cuaca panas membuat benih Nila mabuk. Ikan berputar-putar di dalam kolam, lalu menepi dan mati karena lemas. Petani pun telah berusaha memberikan antibiotik, probiotik, rendam garam, dan vaksin. Namun semuanya tidak berhasil.
Menurut Sri, kondisi ini membuat petani mengalami kerugian besar. Padahal saat ini harga benih sedang bagus-bagusnya.
"Sekarang satu kilogram benih Ikan Nila sudah menembus Rp 27 ribu. Biasanya paling tinggi hanya Rp 22 ribu perkilogram," tuturnya.