Ahad 24 Jan 2016 10:13 WIB

Kombespol Krishna Murti, Ingin Jadi Polisi Seperti di Film

Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya Kombespol Krishna Murti
Foto:
Kombespol Khrisna Murti

Langkah awal Krishna saat daftar dan diterima menjadi taruna Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) pada tahun 1988. Saat itu, Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), Angkatan Udara (AU), dan Polri masih tergabung ABRI. Namun, Krishna muda memilih pendidikan taruna kepolisian berdasarkan hasil psikotes.

"Bapak dan kakek saya merupakan tentara. Makanya, daftar AKABRI pada tahun 1988," ungkap Krishna. Krishna sempat "galau" ketika dihadapkan pada dua pilihan masuk tentara atau Polri yang sebelumnya pernah terbayangkan seperti apa dunia kepolisian itu.

Akhirnya, Krishna memutuskan langkah menjadi taruna bersama 200 calon anggota Polri lainnya dengan menjalani secara serius sebagai pilihan jalan hidup. Jika tidak lolos AKABRI, Krishna berencana kuliah di Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, atau universitas di luar negeri.

Selama 3 tahun pertama menjalani pendidikan taruna Akpol, Krishna mendapatkan tempaan pendidikan secara fisik dan mental.

"Semua pelajaran menarik dengan dunia baru eksplorasi ilmu kepolisian dan aktivitas fisik pada tingkat satu hingga tiga," kisah Krishna.

Satu kegiatan paling menarik bagi Krishna tentang kepemimpinan karena pernah menjadi komandan batalion taruna meskipun menjalani dengan lelah dan menguras energi karena kegiatan dari pagi hingga pagi.

Lulus Akpol pada tahun 1991, Krishna menjadi perwira pertama (pama) Polda Jawa Tengah selanjutnya memutuskan menjadi reserse. Padahal, pimpinan saat itu mengajak Krishna mengambil sekolah kedinasan pada Satuan Kerja Lalu Lintas.

Krishna mengingatkan hasrat ketika kecil yang berkeinginan menjadi detektif andal sehingga mulai menjalani pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas individu. Pada satu kesempatan, Krishna yang berpangkat letnan dua (letda) menjabat Kapolsek Ranu Dongkal Pemalang, Jawa Tengah. Memulai mengungkap kasus pembunuhan melalui olah tempat kejadian perkara dan menyelidiki namun anak buahnya mengajak ke tempat orang "pintar" (paranormal) dan mengandalkan informan guna mengungkap pembunuhan secara konvensional.

"Saya ubah paradigma itu bahwa polisi zaman sekarang harus olah TKP dan investigasi ilmiah," kata Krishna.

sumber : Antara

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement