Jumat 15 Jan 2016 20:56 WIB

Romo Benny: Teroris Gagal Ciptakan Ketakutan Masyarakat

Red: M Akbar
Romo Benny Susetyo
Foto: Antara
Romo Benny Susetyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rohaniwan Katolik Benny Susetyo menyatakan aksi teroris dengan ledakan bom rakitan di Jalan Thamrin, Jakarta, pada kenyataannya telah gagal menciptakan ketakutan masyarakat.

''Rakyat terbukti tidak takut, dan terorisme gagal menciptakan rasa takut yang sebenarnya karena banyaka fenomena sosial menarik yang terjadi setelah insiden ledakan,'' kata Benny ketika menghadiri aksi solidaritas bersama di lokasi teror, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (15/1).

Di media sosial banyak gambar kerumunan masyarakat yang menyaksikan lokasi pascateror pada Kamis (14/1), selain mengenai sosok penjual sate yang tetap berdagang di dekat tempat kejadian, hingga polisi tampan.

"Kedatangan Presiden di lokasi juga menunjukkan bahwa sebenarnya semua di bawah kendali Presiden, yang sekaligus mengomunikasikan kepada masyarakat agar jangan takut," kata Benny.

Sementara itu, rohaniwan Katolik dan tokoh pluralisme Pastor Franz Magnis-Suseno berpendapat bahwa ada hikmah di balik serangan teror di Jalan Thamrin, yaitu bahwa masyarakat telah mampu menunjukkan sikap bersatu untuk menolak dan mengatasi segala masalah ekstremisme.

"Masyarakat mampu menunjukkan diri menjadi warga yang positif. Masyarakat sudah dewasa dan tidak mau langsung bereaksi emosional," kata dia.

Magnis juga berpendapat bahwa peristiwa teror di Jalan Thamrin merupakan sebuah hantaman bagi Jakarta dan Indonesia karena pelaku telah 'menendang' muka Tanah Air dengan sikap antikebangsaan dan antinasionalisme.

"Mereka (pelaku teror) harus dikecam, tapi perlu diingat kalau di dalam agama ada perilaku ekstrem itu tidak berarti seluruh pemeluk agamanya juga begitu," ucap dia.

Selain itu, Magnis juga mengapresiasi kinerja dari aparat keamanan yang mampu menangani insiden teror tersebut dengan cepat dan sigap. Menurut dia, pengalaman aparat keamanan dalam mengatasi serangan terorisme berperan penting dalam kinerja positif tersebut.

"Kita punya pengalaman pada kekerasan, bahkan dengan yang memiliki bahaya lebih. Ini yang membedakan dengan teror di Paris, di mana polisi setempat sempat 'shock' karena tidak siap," ucap Magnis.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement