Selasa 22 Dec 2015 22:28 WIB

Kowani Ajak Revitalisasi Makna Hari Ibu

Rep: Budi Raharjo/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo (tengah)
Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap tanggal 22 Desember, bangsa ini selalu memperingati Hari Ibu. Sebuah peringatan yang dinilai untuk memperlihatkan penghormatan paling tinggi kepada kaum ibu atau perempuan.

Memperingati Hari Ibu kali ini, Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo mengajak semua kalangan untuk menjadikannya sebagai momentum untuk merevitalisasi maknanya. Ia menilai peringatan Hari Ibu selama ini terasa dangkal maknamanya dan sekadar rutinitas tahunan. S

udah saatnya, peringatan Hari Ibu bukan lagi sekadar mencium pipi ibu, memberikan ucapan selamat, atau memeluk dan memberikan bunga. "Peringatan Hari Ibu harus kita jadikan sebagai ruang penyadaran bagi kita semua bahwa perlakuan buruk terhadap kaum ibu dan perempuan adalah penghinaan terhadap eksistensi manusia," ujar Giwo di Jakarta.

Ia menyoroti banyaknya kasus yang menimpa kaum perempuan belakangan ini, seperti pelecehan, pelemahan akses dan partisipasi, pelemahan ekonomi perempuan, bahkan kekerasan terhadap TKW dan kekerasan berbasis budaya. Revitalisasi dinilai penting dan harus mulai dikampanyekan, terutama kepada kaum laki-laki.

Giwo mengingatkan ibu atau perempuan merupakan muara asal usul manusia. Ibu atau perempuan secara kodrati ditakdirkan sebagai makhluk yang melahirkan generasi manusia, generasi penerus keluarga dan bangsa. Rahim yang dimiliki oleh kaum ibu atau perempuan adalah "cetakan" manusia yang tidak ada duanya atau duplikasinya.

"Tidak ada satupun manusia di dunia, siapapun dia dan apapun pangkatnya, yang lahir tanpa melalui rahim seorang ibu," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement