Ahad 20 Dec 2015 01:37 WIB

F16 yang Dipesan Telat, TNI Pertanyakan Pengawasan Menhan

Rep: C15/ Red: Indira Rezkisari
Lima pesawat F16 milik TNI AU melakukan patroli di udara.
Foto: Antara
Lima pesawat F16 milik TNI AU melakukan patroli di udara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesawat F16 yang dibuat oleh Amerika hingga saat ini masih belum selesai dikirim ke Indonesia. Padahal, kerjasama ini sudah berlangsung setidaknya lebih dari satu tahun. Panglima TNI, Jendral Gatot Nurmantyo, mempertanyakan pengawasan ini ke Kementerian Pertahanan.

Semestinya, pesawat F16 yang digadang-gadang menjadi salah satu alutsista terbaik yang akan dimiliki Indonesia hingga kini belum diterima Indonesia. Agustus silam semestinya menjadi batas waktu pengiriman.

"Kita tidak tahu juga, coba ditanyakan ke Kemenhan itu bagaimana, kita juga menunggu," ujar Gatot, Sabtu (19/12).

Ditemui ditempat berbeda, Sekretaris Jendral Kementerian Pertahanan, Letjend Ediwan Prabowo mengatakan memang ada masalah dalam pembuatan F16 tersebut. setidaknya ada beberapa masalah seperti ada patahan pada sayap dan retak pada canopy. Sedangkan menurut Ediwan sendiri, pihak Amerika belum bisa mengirimkan pesawat tersebut karena belum ada mesinnya.

"Mereka malah mau pinjam mesin kita buat mengirim itu. Kan nggak bisa gitu. Kita beli masa harus pinjamkan juga," ujar Ediwan.

Sementara itu, Panglima TNI, Jendral Gatot Nurmantyo mengatakan saat ini Indonesia sedang menjalin kerjasama dengan Korea Selatan dan Jepang di bidang alutsista. Untuk saat ini kerjasama dengan Korea Selatan sudah dilakukan dalam pembuatan kapal selam dan pesawat tempur.

Kapal selam ini mengacu pada kebutuhan alutsista TNI yang membutuhkan kapal selam jenis diesel elektrik. Mulanya ada beberapa pilihan seperti Kilo dari Rusia dan Chang Bogo dari Korea Selatan. Namun, akhirnya pilihan jatuh ke Chang Bogo buatan Korea Selatan.

"Kita kerjasama dengan Korea dalam hal pesawat tempur dan kapal selam. saat ini untuk kapal selama masih dalam tahap analisis spesifikasi. namun untuk pesawat tempur sudah ada perjanjian dengan PT DI," ujar Gatot.

Gatot mengatakan kerjasama ini bukan semata-mata membeli secara utuh alutsista tersebut namun juga ada transfer teknologi dan pembuatan bersama. Ia berharap di awal TNI bisa mendapatkan ilmunya lalu setelahnya membuat sendiri.

"Memang harus bertahap. Tapi harapannya kemudian kita bisa mandiri," ujar Gatot.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan sudah menjalin kerjasama dan penandatanganan kesepakatan bersama dengan Korea Selatan dalam pembuatan pesawat tempur jenis KFX. PT Dirgantara Indonesia juga sudah memutuskan untuk mengirim sekitar 200 teknisinya belajar di Korea Selatan. Nantinya, protitipe pertama hingga keempat akan dibuat di Korea Selatan. Sedangkan prototipe kelima akan dibuat di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement