Ahad 06 Dec 2015 09:41 WIB

Peringati Puncak HKN Ke-51, Wapres Ikuti Jalan Sehat

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Winda Destiana Putri
Jusuf Kalla
Foto: Republika/ Wihdan
Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengikuti acara jalan sehat untuk memperingati Puncak Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-51.

Acara ini digelar di Silang Monas Jakarta bersama Kementerian Kesehatan, dan Tim Nusantara Sehat. Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, menyampaikan acara ini digelar untuk mengajak masyarakat agar bergaya hidup sehat.

"Momentum ini juga sebagai pengingat bahwa sehat itu harus dijaga, bergaya hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam jaminan kesehatan nasional untuk dapat mencapai layanan kesehatan yang kuat," kata Nila, Ahad (6/12).

Dalam acara ini, JK dan Menteri Kesehatan juga melepas Tim Nusantara Sehat yang terdiri dari 553 orang tenaga kesehatan, serta meluncurkan Kampanye Gizi Nasional. Tim Nusantara Sehat yang diantaranya seperti dokter, dokter gigi, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan masyarakat akan ditempatkan di seluruh pelosok nusantara guna memberikan pelayanan kesehatan. 

Selain itu, untuk menurunkan angka stunting atau anak bertubuh pendek di Indonesia hingga 28 persen pada 2019, Pemerintah bersama Millenim Challenge Account (MCA) Indonesia meluncurkan Kampanye Gizi Nasional.

Kampanye tersebut dilakukan dengan cara memadukan intervensi gizi dan sanitasi, serta pemberdayaan masyarakat untuk bisa menurunkan angka stunting.

Stunting di Indonesia terjadi karena pola pemberian makan bayi dan anak  serta pola hidup bersih di Indonesia belum optimal. Hanya sekitar 42 persen anak-anak Indonesia terpenuhi kebutuhan diet minimalnya, dan sekitar 55 juta penduduk yang masih BAB sembarangan.

Kondisi ini terjadi pada masyarakat miskin, yang memiliki akses terbatas terhadap makanan sehat dan beragam, layanan kesehatan, air bersih dan sanitasi dasar.

Anak yang mengalami stunting akan  terhambat perkembangan otak dan fisiknya. Pada usia produktif nanti, daya saing anak stunting akan rendah dan penghasilannya 20 persen lebih rendah dari anak yang tidak stunting.

"Ini adalah salah satu investasi negara untuk bisa meningkatkan kualitas SDM kita. Karena stunting pada anak merupakan salah satu indikator terbaik untuk menilai kualitas modal manusia di masa mendatang," kata Nila.

Menurut dia, kondisi stunting dapat merugikan negara lantaran pendapatan domestic bruto negara akan hilang hingga tiga persen atau sekitar Rp 300 triliun per tahunnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement