Selasa 17 Nov 2015 21:57 WIB

Manajemen Angkutan Laut Dinilai Harus Dibenahi

Rep: Andi Nurroni/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sebuah kapal tenggelam (ilustrasi).
Foto: Antara
Sebuah kapal tenggelam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Tenggelamnya KM Wihan Sejahtera yang membawa setidaknya 43 truk fuso dan 212 penumpang, Senin (16/11), dinilai menjadi gambaran rawannya keamanan dan keselamatan transportasi laut di Indonesia.

Pakar Kelautan Universitas Airlangga Prof Daniel M Rosyid berpendapat, manajeman transportasi laut harus dibenahi, mulai dari kualitas pelabuhan  hingga penyedia jasa pelayaran. Ia menggambarkan, di Indonesia, banyak bangkai kapal yang kandas di sekitar pelabuhan dan mengancam keselamatan pelayaran.

Sebelumnya beredar dugaan, kapal jenis roll-on/roll-ff atau ro-ro KM Wihan Sejahtera menabrak bangkai kapal di kawasan Teluk Lamong, sehingga mengalami kebocoran lalu tenggelam. (Baca: KM Wihan Sejahtera Diduga Membentur Bangkai Kapal)

Titik tenggelamnya KM Wihan Sejahtera memang berada tidak jauh dari lokasi tenggelamnya KM Tanto Hari pada Januari 2014. Sayangnya, bangkai kapal KM Tanto Hari belum diangkat hingga hari ini.

Tidak diangkatnya bangkai-bangkai kapal, termasuk KM Tanto Hari, Daniel menduga, karena perusahaan pemilik kapal tidak mengasuransikan kapal tersebut.

“Akibatnya, setelah tenggelam, tidak ada yang mau angkut karena ongkosnya mahal,” ujar Daniel kepada Republika melalui sambungan telepon.

Menurut Daniel, bertahun-tahun, transportasi laut minim perhatian pemerintah. Berkaitan dengan visi pemerintah hari ini yang ingin mengedepankan sektor maritim, menurut Daniel, sekarang adalah saat yang tepat membenahi angkutan laut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement