Jumat 13 Nov 2015 12:52 WIB

Dedikasi Sang Dokter Muda yang Dibayar Nyawa

Rep: c36/ Red: Andi Nur Aminah
Dr Dionisius Giri Samudra
Foto: Facebook
Dr Dionisius Giri Samudra

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Almarhum dokter Dionisius Giri Samudra, atau yang biasa disapa Andra meninggal pada Rabu (11/11) lalu. Dia meninggal saat dalam perjalanan kembali menuju lokasi tempatnya magang sebagai dokter muda di RSUD Cendrawasih, Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku.

Berdasarkan data yang dihimpun Republika.co.id dari pihak keluarga, Andra merupakan alumni Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Hasanudin (Unhas Makssar) 2015. Setelah lulus dia memilih lokasi magang di RSUD Cendrawasih, Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru. Kegiatan magang yang dijalaninya dimulai sejak April lalu.

Ayah Andra, Agustinus Mudjianto (57 tahun), menuturkan, putranya berangkat ke Dobo pada April lalu. Kemudian pada 20 Oktober, dia mengambil cuti dan pulang ke Pamulang. 

Pada 4 November, dia meminta izin untuk kembali ke Dobo karena izinnya sudah habis. Saat itu, kondisinya memang agak demam. Namun kepada keluarganya, Andra hanya mengatakan merasa demam ringan saja. 

Andra tetap berniat berangkat karena tidak ingin terlambat bertugas. Keluarga memang mengenalnya sebagai sosok yang tidak suka membolos. (Baca Juga: Sulit Dievakuasi, Dokter PTT Meninggal di Kepulauan Aru).

"Yang saya ingat, saat mau kembali anak saya minta dipesankan tiket pulang. Biasanya dia tidak begitu karena terbiasa mengusahakan sendiri. Akhirnya saya belikan," jelas Agustinus kepada awak media di Bandara Soekarno Hatta (Soetta) Tangerang.

Pihak keluarga baru mendengar kabar Andra sakit pada Ahad (8/11). Sesaat setelah mendengar kabar itu, Agustinus yang berdinas di Kendari, Sulawesi Tenggara langsung memantau kondisi sang anak. Dia pun lantas terbang menuju Dobo karena mendengar kabar kondisi anaknya menurun drastis. 

Dari Kendari, Agustinus, menempuh perjalanan yang tidak mudah. Dari Kendari, dia harus menginap di Tual sampai menemukan kapal feri menuju Dobo. 

"Saya sampai di Tual pada Senin (9/11). Sampai di Tual tak langsung dapat kapal. Rabu (11/11) saya belum sampai di Dobo, tapi saya sudah dapat kabar anak saya meninggal," tutur Agustinus. (Baca Juga: dr Andra Sengaja Memilih Tempat yang tak Seorang Pun Dikenalnya)

Agustinus menjelaskan rute perjalanan yang ke Kepulauan Aru memang sangat sulit. Dari Jakarta harus terbang ke Bandara Pattimura, Ambon, Provinsi Maluku. 

Dari Bandara Pattimura, perjalan dilanjutkan menggunakan pesawat kecil ke Tual. Dari Tual menuju Dobo hanya dapat ditempuh menggunakan kapal feri selama 12 jam. Kapal feri yang tersedia pun hanya berlayar dua kali dalam sepekan, yakni pada Ahad dan Rabu saja. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement