Kamis 12 Nov 2015 16:40 WIB

Komisi I Percaya Penjelasan Menlu Soal Isu Broker Kunjungan Jokowi

 Presiden Amerika Serikat Barack Obama (tengah) dan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (kiri) memberikan pernyataan kepada wartawan setelah pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, Senin (26/10).
Foto: Antara/REUTERS/Jonathan Ernst/aww
Presiden Amerika Serikat Barack Obama (tengah) dan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (kiri) memberikan pernyataan kepada wartawan setelah pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, Senin (26/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddik menyatakan percaya dengan penjelasan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi. Penjelasan Menlu berkaitan dengan isu jasa pelobi untuk kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat pekan lalu.

"Kami percaya penjelasan itu," katanya kepada pers di Jakarta, Kamis (12/11).

Dia mengaku tidak yakin Kemenlu mengalokasikan anggaran untuk membayar pelobi, meski hal itu sangat dibutuhkan guna memperlancar dan memperkuat jaringan lobi dengan berbagai kalangan di negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia.

Dalam praktik diplomatik, kata Mahfudz, diplomasi tak cukup hanya dengan cara-cara formal berupaya penjelasan mengenai Indonesia dalam forum resmi. Namun, juga dibutuhkan "entertaint" dengan berbagai kalangan dan di berbagai kesempatan.

"Anggaran untuk 'entertaint' itu tidak dimiliki diplomat kita. Padahal diplomat kita punya kemampuan memadai dalam diplomasi," ucapnya.

Mahfudz punya pengalaman tersendiri terkait dengan kemampuan diplomat Indonesia di luar negeri. Dalam suatu kunjungan kerja ke AS beberapa waktu lalu, dia dijemput salah satu konjen di AS di tangga pesawat.

Konjen itu juga mengurusi keimigrasian di pintu kedatangan bandara. Dalam waktu singkat proses keimigrasian tuntas dan dia bisa melewati pintu-pintu keluar bandara, tanpa ada pemeriksaan lainnya. Mahfudz kemudian menanyakan "resep" konjen itu sehingga urusan keimigrasian bisa cepat tuntas. 

"Salah satunya karena pada momen tertentu konjen itu membelikan wine kepada kolega diplomatik di negara itu," ungkapnya.

Menurut Mahfudz, "entertaint" seperti itu dibutuhkan sehingga diplomasi atau urusan berjalan lancar. Hanya saja konjen itu berterus terang bahwa wine dibeli dengan uang pribadi. Beberapa kedubes asing di Jakarta memiliki diplomat yang didukung anggaran besar. "Bahkan ada yang seperti 'unlimited'," ujarnya.

Baca Juga: Kemenlu Tegaskan Sudahi Komentar Isu Broker Kunjungan Jokowi

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement